Kehadiran peneliti diaspora diharapkan membawa angin positif bagi bidang penelitian dan pengembangan pengetahuan Indonesia. Hambatan salah satunya berasal dari stigma masyarakat mengenai nuklir.
Rata-rata hampir semua masyarakat Indonesia masih alergi saat mendengar atau mengucapkan kata nuklir. Padahal, Indonesia sudah memiliki tiga reaktor nuklir di tanah air meski baru sebatas riset dan penelitian.
Energi yang dihasilkan sudah cukup tinggi, namun belum dapat digunakan sebagai pembangkit listrik secara luas. Bandung, Jogja, dan Serpong merupakan lokasi ketiga reaktor nuklir tersebut.
Reaktor yang tersedia dimanfaatkan sebesar 50 persen oleh perguruan tinggi, 30 persen untuk sektor kesehatan, dan sisanya 20 persen dimanfaatkan oleh industri.
Peneliti diaspora kelak akan menyandang tanggung jawab dalam memberikan pemahaman suatu permasalahan yang salah satunya mengenai nuklir.
Pemanfaatkan teknologi sains di Indonesia juga belum beroperasi maksimal. Akibatnya, banyak teknologi sains yang membanjiri pasar tanah air merupakan produk impor dari berbagai negara asing.
Potensi peneliti diaspora mesti dimanfaatkan dengan maksimal dalam menunjang pengetahuan dan mendukung teknologi sains karya anak bangsa agar mampu bersaing secara global.
Bogor, 24 Agustus 2019