Selain itu, Twitter telah melakukan kerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusian AS dalam mengumpulkan informasi mengenai vaksin.
Platform Twitter kini dilengkapi fitur alat pencarian dalam membantu pengguna mencari informasi tepat dan terpercaya mengenai vaksin. Alat pencarian ini akan tersedia di beberapa negara selain AS termasuk di Indonesia.
Selain itu, fitur tersebut juga akan menghentikan pengguna apabila mengetik istilah keliru tentang vaksin dalam mencegah penyebaran konten hoaks.
Beberapa waktu lalu sempat terjadi perdebatan antara seorang anggota dewan di AS dengan beberapa tokoh ahli di media sosial. Perdebatan yang sempat viral ini mengundang beragam komentar netizen.
Berawal saat Profesor Peter Hotez dari Baylor College of Medicine mengimbau para pembuat kebijakan agar menekan angka anak yang tidak divaksinasi.
Hal ini direspon oleh Jonathan Stickland selaku anggota dewan justru dengan mengatakan vaksin adalah sihir yang mesti dijauhkan dari anak-anak. Tak ayal perdebatan antara keduanya menimbulkan reaksi beragam dari netizen.
Mewaspadai Setiap Konten Hoaks Vaksin
Tingkat kepercayaan terhadap vaksin yang semakin rendah menyebabkan cakupan vaksinasi tidak akan mencapai target yang ditentukan.
Efek samping yang dirasakan setelah vaksinasi dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sangat tidak sebanding apabila tidak melakukan vaksinasi sama sekali.
Pasca vaksinasi biasanya akan timbul keluhan berua rasa gatal, bengkak, nyeri, hingga demam. Keluhan ini merupakan hal lumrah pasca vaksinasi sehingga tidak perlu khawatir
WHO mencatat penyakit seperti campak mampu membunuh 100 ribu orang tiap tahunnya karena komplikasi dari campak berupa diare, infeksi saluran pernapasan, hingga pembengkakak otak.