Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Intip Beragam Upaya Menghadapi Hoaks Vaksin

23 Juni 2019   11:22 Diperbarui: 28 Maret 2020   15:56 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak menangis saat diimunisasi measles-rubella (MR) di Solo, Jawa Tengah, Selasa, (1/8/2017). Pemberian imunisasi ini akan menyasar seluruh anak usia 9 bulan sampai 15 tahun di Solo. | KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Selain itu, Twitter telah melakukan kerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusian AS dalam mengumpulkan informasi mengenai vaksin.

Platform Twitter kini dilengkapi fitur alat pencarian dalam membantu pengguna mencari informasi tepat dan terpercaya mengenai vaksin. Alat pencarian ini akan tersedia di beberapa negara selain AS termasuk di Indonesia.

Selain itu, fitur tersebut juga akan menghentikan pengguna apabila mengetik istilah keliru tentang vaksin dalam mencegah penyebaran konten hoaks.

Beberapa waktu lalu sempat terjadi perdebatan antara seorang anggota dewan di AS dengan beberapa tokoh ahli di media sosial. Perdebatan yang sempat viral ini mengundang beragam komentar netizen.

Berawal saat Profesor Peter Hotez dari Baylor College of Medicine mengimbau para pembuat kebijakan agar menekan angka anak yang tidak divaksinasi.

Hal ini direspon oleh Jonathan Stickland selaku anggota dewan justru dengan mengatakan vaksin adalah sihir yang mesti dijauhkan dari anak-anak. Tak ayal perdebatan antara keduanya menimbulkan reaksi beragam dari netizen.

Mewaspadai Setiap Konten Hoaks Vaksin

Tingkat kepercayaan terhadap vaksin yang semakin rendah menyebabkan cakupan vaksinasi tidak akan mencapai target yang ditentukan.

Efek samping yang dirasakan setelah vaksinasi dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sangat tidak sebanding apabila tidak melakukan vaksinasi sama sekali.

Pasca vaksinasi biasanya akan timbul keluhan berua rasa gatal, bengkak, nyeri, hingga demam. Keluhan ini merupakan hal lumrah pasca vaksinasi sehingga tidak perlu khawatir

WHO mencatat penyakit seperti campak mampu membunuh 100 ribu orang tiap tahunnya karena komplikasi dari campak berupa diare, infeksi saluran pernapasan, hingga pembengkakak otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun