Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Intip Beragam Upaya Menghadapi Hoaks Vaksin

23 Juni 2019   11:22 Diperbarui: 28 Maret 2020   15:56 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak menangis saat diimunisasi measles-rubella (MR) di Solo, Jawa Tengah, Selasa, (1/8/2017). Pemberian imunisasi ini akan menyasar seluruh anak usia 9 bulan sampai 15 tahun di Solo. | KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Pemerintah Jerman telah menyusun rencana apabila orang tua terbukti menolak vaksin campak kepada anaknya, maka akan didenda sebesar 40 juta rupiah.

"Vaksin adalah bahan antigenik yang berfungsi untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit yang disebabkan bakteri maupun virus sehingga mampu mengurangi dan mencegah dampak infeksi."

Selain itu, pemerintah Italia membuat kebijakan berupa larangan kepada anak-anak masuk sekolah jika tidak mengikuti vaksinasi sesuai dengan prosedur setempat.

Jika melanggar dengan tetap nekat ke sekolah, orang tua yang bersangkutan akan menerima sanksi berupa denda sebesar 8 juta rupiah.

Aturan serupa juga diterapkan oleh Australia. Di negara Pakistan justru lebih ketat. Orang tua akan dibui apabila menolak memvaksinasi anaknya karena meragukan keamanan vaksin.

Maraknya penolakan vaksin disebabkan informasi palsu atau hoaks di internet terkhusus media sosial. Orang tua memutuskan tidak memvaksinasi anaknya lantaran khawatir terhadap keamanan vaksin itu.

Upaya Berbagai Platform Menghadapi Hoaks Vaksin

Facebook menjadi platform penyedia media sosial pertama yang sudah terlebih dahulu menghapus konten hoaks mengenai anti vaksin yang terus mengalami peningkatan dalam platform tersebut.

Langkah tersebut diikuti pula oleh Instagram. Platform ini telah bekerja sama dengan lembaga World Health Organizaton (WHO) dalam memverifikasi informasi perihal vaksin.

Sejak pertengahan Mei lalu, Instagram juga telah berupaya dalam mencegah disinformasi berkaitan dengan vaksin. Hasil pencarian melalui tagar apabila menampilkan Informasi yang keliru akan disembunyikan.

Tagar seperti #vaccinescauseautism dan #vaccinescauseaids telah diblokir. Selain itu, akun yang membagikan konten palsu akan diblokir pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun