Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Zombie (Part 3 of 3)

24 April 2017   10:29 Diperbarui: 24 April 2017   20:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: http://www.danklumper.com

Selama beberapa hari, aku lebih memilih terdiam dan mengurung diri di kamar. Biasanya juga sebenarnya aku lebih banyak di kamar dan asyik tenggelam dalam buku bergambar superhero kesukaanku. Tapi, aku lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan bergumul dalam selimut. Mom yang melihatku seperti itu terlihat sangat khawatir. Tiap beberapa menit. ia akan berpura-pura ke kamarku, mencari sesuatu. Atau kalau tidak ia akan menawariku cookies atau jus buah kesukaanku, berharap itu akan membuatku merasa gembira. Ia lalu akan mengusap rambutku yang jarang-jarang itu, sambil berkata, "Max kenapa? Mau cerita ke Mom?"

Dan aku hanya akan diam, tidak mengatakan apapun. Aku hanya akan keluar dari kamar ketika sudah waktunya sarapan, makan siang dan makan malam, selebihnya aku memilih termenung dalam kamarku. Dad yang nampaknya sudah tak tahan lagi melihat perilakuku, akhirnya memutuskan berbicara empat mata denganku.

Malam itu, Dad datang ke kamarku, sambil membawa cemilan yang dibelinya saat perjalanan pulang dari kantornya. Ia duduk disampingku sambil memakan cemilan yang dibawanya itu. Ia seolah-olah menggodaku dengan mengucapkan, 'wah kue ini enak sekali' atau sekedar ber-hmm lama seolah menikmati rasa yang ada di dalam mulutnya. Tapi aku tetap diam dan tak menunjukkan reaksi apa-apa. Seusai menghabiskan kue itu, ia mengelus rambutku.

"We need to talk... Kita perlu bicara, Max."

Aku tidak menjawab dan Dad kemudian mengangkat tubuhku pelan dan menegakkan tubuhku yang sedari tadi terbaring di kasur. Dad menatapku, aku malas menanggapinya dan ingin merebahkan tubuhku kembali.

"Dad tahu kalau kamu mengetahui rencana kami untuk menyekolahkanmu di sekolah umum..."

"..."

"Dad. tidak akan memaksa. Pun, jika Max ingin tetap berada dengan kami sampai tua pun, kami rela."

Aku menundukkan wajahku, hampir menangis.

"Tapi, Dad dan Mom... tidak bisa menjaga Max selamanya. Suatu saat Dad, akan pergi.... Suatu saat Mom, akan pergi... dan kami tidak mau Max menjadi orang yang tak berguna. Yang tidak bisa standing on his own feet - berdiri dengan kakinya sendiri."

Dad memeluk kepalaku, menyandarkannya pada dada lebarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun