Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lagu Kita Masih Sama: Bhinneka Tunggal Ika

27 Januari 2022   08:52 Diperbarui: 27 Januari 2022   08:57 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah kini yang salah dengan kita dalam memahami dan memaknai sejarah panjang kehidupan bangsa ini sebagaimana yang disemboyani Bhinneka Tunggal Ika?

Sudah retakkah kemesraan sosial kita atas nilai-nilai adiluhung kearifan lokal ora ono kemulyaan tanpo seduluran?

Ataukah ini hanyalah merupakan kegagalan kita sendiri dalam memahami dan memaknai sosio historis perjalanan panjang kebangsaan kita?

Benarkah kita yang secara histori kultural dikenal sebagai bangsa yang ramah, rukun, saling menghargai dan menghormati sebagaimana dari cerita yang ada, kini sudah kehilangan kemesraan sosial?

Indonesia yang secara histori kultural digambarkan sebagai bangsa yang ramah, selalu hidup rukun penuh toleransi saling menghormati dan menghargai yang disemangati oleh warisan budaya kearifan lokal ora ono kemulyaan tanpo seduluran sebagai perekat sosial, kini diserbu oleh ujaran "kebencian".

Mari kembali kita semangati bahwa kita adalah satu, kita adalah satu saudara yang terlahir dari rahim Ibu Pertiwi. Sehingga tidak alasan bagi kita untuk meretakkan dan mempolarisasikan bangunan persaudaraan kita dipicu oleh kegagalan kita dalam memaknai sejarah panjang perjalanan bangsa ini yang disemangati semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Tak ada alasan pembenar bagi kita untuk saling mencemooh, menghujat dan memfitnah lantaran beda pendapat pilihan, karena kita adalah satu, satu saudara yang terlahir dari rahim Ibu Pertiwi. 

Di tengah keragaman suku, budaya, bahasa dan  identitas lainnya bahwa kita adalah bangsa yang diper-satu-kan oleh simbol burung garuda bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika. Sementara dalam kehidupan keberagamaan, kita meyakini adanya satu Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sanghyang Khalik. Begitu halnya dalam ajaran agama wahyu, kita adalah satu, keturunan anak cucu Adam dan Hawa.

Sebagai warga negara atau sebagai warga bangsa, kita adalah satu yang diper-satu-kan oleh Bhinneka Tunggal Ika. Semua ini telah mempersatukan dan menyatukan kita bahwa di tengah keberagaman kehidupan berbangsa dan bernegara dengan satu semangat bahwa kita adalah satu NKRI.

Alex Palit, citizen jurnalis Aliansi Pewarta Independen #SelamatkanIndonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun