Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal Ketidakpatuhan dan PPKM

18 Juli 2021   12:00 Diperbarui: 18 Juli 2021   12:16 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum pemberlakuan PPKM, saya sempat jalan-jalan menemani anak ke TB. Gramedia -- Matraman, mencari komik One Piece, Kungfu Boy dan Sherlock Holmes, terbitan edisi terbaru. Seperti biasa, anak ke bagian komik, sementara saya kayak gangsing mengitari rak buku yang memajang buku-buku humaniora.

Sebetulnya saya tidak tertarik untuk beli buku. Tapi mata saya sempat tertuju pada sebuah buku berjudul "Perihal Ketidakpatuhan -- Mengapa Kebebasan Cenderung Berkata "Tidak" Kepada Penguasa?" -- Erich Fromm.

Saya ambil, baca sepintas tulisan pengantar di sampul belakang: "Sejarah umat manusia berawal dari tindakan ketidakpatuhan, dan bukan tidak mungkin sejarah umat manusia justru akan berakhir karena tindakan kepatuhan. Tanpa sikap ketidakpatuhan, mustahil akan lahir suatu peradaban."

Inilah buku yang hendak mencetak pembacanya menjadi "manusia", mahkluk yang berani mengatakan "tidak" pada kekuasaan, sosok yang mampu mendobrak rasa takut yang menghegemoni dirinya, yang bertindak sekalipun destruktif, namun revolusioner, lebih mengutamakan prinsip-prinsip kebebasan dan otonomi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Tulis di sampul belakang. Beli ini saja, buat menambah koleksi.    

Menurut bapak psikoanalisis sosial Erich Fromm, perihal ketidakpatuhan itu tidak dimaksudkan mengarah pada pemberontakkan, pembangkangan atau makar, melainkan bentuk protes atau reaksi perlawanan terhadap pengekangan eksistensi kebebasan manusia.

Dalam kehidupan masyarakat, reaksi ketidakpatuhan itu bisa terjadi lantaran hegemoni kekuasaan yang telah dianggap mengekang eksistensi kebebasan.

Ketidakpatuhan itu bisa pula terjadi manakala terjadinya pengekangan manusia terhadap mobilitas sosialnya, termasuk pengekangan terhadap mobilitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan ekonomis penghidupan, seperti kebutuhan makan sehari-hari, beli ini itu atau bayar ini itu sebagai pemenuhan kebutuhan hidup.

Tidaklah mengherankan bila kemudian muncul perihal ketidakpatuhan ini sebagai reaksi perlawanan atas apa itu yang namanya: penyekatan, pelarangan atau pembatasan mobilitas sosial terhadap aktivitas masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup di tengah pemberlakukan PPKM. Orang hidup butuh makan, tidak mau tergeletak kaliren oleh KKPM.

Oh ya, di sini saya sengaja tidak menulis perpajangan akronim KKPM. Di tengah terjadinya pemberlakuan PPKM, akronim tersebut diplesetkan dan diparodikan macam-macam dengan sedemikian rupa. Silahkan pembaca sendiri memberi kepanjangan akronim KKPM.

Salam sehat, tetap semangat di tengah suka duka Covid-19, semoga kita semua senantiasa dihindarkan dan dijauhkan dari Covid-19 dengan segala variannya. Semoga kita senantiasa dalam lindunganNya, Amin!

Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Independen #SelamatkanIndonesia, pernah bekerja sebagai wartawan di Persda Kompas -- Gramedia. Menulis buku "Nada-Nada Radikal Musik Indonesia" dan "Ngaji Deling -- Ratu Adil 2021 / 2024".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun