Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Peluncuran Buku: Meningkatkan Keswadayaan Warga Desa Wisata

20 November 2022   08:29 Diperbarui: 20 November 2022   13:41 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Terjun Tanggedu, salah satu tujuan wisata di Sumba Timur (Foto: Bob Wungo) 

Buku Desa Wisata Inklusif, Tangguh Bencana dan Adaptif Sumba Timur diluncurkan di Gedung Lama Gereja Kristen Sumba (GKS) Waingapu, Sumba Timur, NTT pada Kamis (17/11/2022). Buku ini berisi kisah praktik baik tentang pengurangan risiko dan pemulihan dampak COVID-19 terhadap masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Proyek Penguatan Desa Wisata Tangguh, Inklusif, dan Adaptif SIAP SIAGA Sumba Timur (PUSAKA SIAP SIAGA Sumba Timur) ini menyasar empat desa yang memiliki destinasi wisata yaitu Desa Persiapan Tanggedu (Wisata Air Terjun Tanggedu), Kelurahan Prailiu (Kampung Adat Pariliu), Kelurahan Watumbaka (Pantai Walakeri) dan Desa Pambotanjara (Bukit Warinding). Sebagai pelaksana adalah konsorsium yang terdiri dari UPKM/CD Bethesda YAKKUM, SOPAN Sumba dan Yayasan KOPPESDA Sumba.

Melalui program ini diharapkan terjadi peningkatan kapasitas pelaku wisata di Sumba Timur untuk menjadi desa wisata yang tangguh bencana dan inklusif, tercipta desa wisata yang adaptif terhadap COVID-19, memiliki kesadaran pengurangan risiko bencana dan lebih inklusif, dan meningkatnya kemampuan pelaku ekonomi kreatif di desa wisata Sumba Timur untuk memproduksi dan memasarkan barang dan jasa berbasis potensi lokal.

"Kami melibatkan populasi kunci sejak awal berjalannya program,  penyusunan konsep dan kebijakan tata kelola desa wisata terutama pada empat desa yang menjadi proyek percontohan," kata Sukendri Siswanto, Manajer Proyek PUSAKA SIAP SIAGA.

Program, kata Sukendri, ditujukan agar desa-desa yang menjadi sasaran menjadi desa wisata yang tangguh, inklusif, dan beradaptasi terhadap bencana alam dan non alam, meningkatkan kapasitas dan fasilitas desa-desa wisata untuk menerapkan protokol kesehatan dan perlindungan dini, pengurangan risiko bencana dan layanan wisata inklusif serta dukungan pemulihan ekonomi kreatif bagi pelaku desa wisata dan ekonomi lokal melalui pelatihan keterampilan dan dukunngan modal dan fasilitas penunjang.

Pergeseran Paradigma

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Timur, Ida Bagus Putu Punia, mengatakan, ketika kenormalan baru diberlakukan usai pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia, terjadi pergeseran paradigma dalam pariwisata. Wisatawan yang semula datang berkelompok, berkerumun dalam rombongan, kini memilih berjalan sendiri untuk menikmati alam dan budaya Sumba dalam keheningan. Namun apapun paradigmanya, menurut dia, yang utama adalah masyarakat harus siap untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka.

"Bakau menari" di Pantai Walakeri (Foto: Bob Wungo)

"Perubahan paradigma ini juga membuat cara menyambut wisatawan dan pengelolaan terhadap tempat-tempat pariwisata mengalami perubahan, yakni ditangani secara lokal oleh warga di mana tempat wisata itu berada agar sektor ekonomi kreatif dapat bertumbuh dari sana. Sektor ini hanya dapat berkembang jika kreativitas dan orisinalitas ide  mendapatkan dukungan ekosistem yang baik," kata dia. Dalam konteks Sumba Timur, menurutnya, wilayah perdesaan yang telah menghidupi nilai-nilai gotong royong, keterbukaan dan penghormatan terhadap tamu serta keramahtamahan merupakan modal yang sangat berarti. Potensi ini dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Buku Desa Wisata yang diluncurkan di Waingapu pada Kamis (17/11/2022) lalu. (Foto:Lex) 
Buku Desa Wisata yang diluncurkan di Waingapu pada Kamis (17/11/2022) lalu. (Foto:Lex) 

"Masyararakat di desa atau lokasi wisata akan merasakan manfaat yang besar jika wisatawan mendapatkan suasana aman dan nyaman, yang dalam konteks ini antara lain adalah dengan menaati protokol kesehatan. Warga bisa mengembangkan tiga hal utama yakni apa yang bisa dilihat, apa yang bisa dinikmati dan ada yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan," ujarnya.

Kehadiran Konsorsium SIAP-SIAGA menurut Umbu Renggang Maramba Djawa atau Uren,  Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Air Terjun Tanggedu, telah memberi mereka kemampuan berarti dalam mengelola wisata alam Air Terjun Tanggedu.

"Berkat Konsorsium kami bisa tahu bagaimana harus bersikap terhadap wisatawan. Mereka juga memberi kami pelatihan-pelatihan yang berdampak. Misalnya peningkatan ekonomi yang menjadi efek dari air terjun, penanggulangan bencana, vaksin lengkap dan melibatkan perempuan, lansia dan penyandang disabilitas. Di desa kami ada sembilan  orang penyandang disabilitas yang sudah kami data dan terlibat," jelas Uren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun