Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bersua Kupu-kupu Kuning di Benlutu

15 November 2022   21:20 Diperbarui: 18 November 2022   21:10 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kupang masih hijau pada Februari itu. Pohon-pohon Gamal (gliricidia sepium) sedang berbunga. Kembangnya berwarna putih bergaris ungu, mirip bunga Sakura, tumbuh berjejer di kiri-kanan jalan sejak Bandara Eltari hingga pusat kota. Nyaman dan teduh. Udara sejuk. Sementara di kejauhan pada batas cakrawala sana, lengkung langit seperti menyentuh Teluk Kupang.

Kota Kupang terletak di pesisir Teluk Kupang, di bagian barat Pulau Timor. Di sini bermukim suku Timor, Sabu, Rote, Flores, Ambon dan etnis Tionghoa. Sensus tahun 2019 menyebutkan 450 ribu jiwa mendiami kota seluas 180 km persegi ini.

Konon nama Kupang berasal dari nama seorang raja, Lai Kopan atau Nai Kopan. Lidah orang Belanda tak lentur mengejanya. Jadilah mereka menyebutnya "Koepan" saja dalam percakapan sehari-hari. Lalu "tergelincir" lagi menjadi "Kupang", yang dipakai hingga hari ini. Entah bagaimana sejarah pemberian nama yang sebenarnya?

Kami lewat di depan Taman Nostalgia. Ada Gong Perdamaian di sana. Berganti semarak bunga Flamboyan merah. Rimbun dan lebar. Tingginya mencapai beberapa meter. Orang Kupang menyebutnya Pohon Sepe. Bunga pohon Sepe kerap dipetik untuk campuran bunga rampai. Ditabur pada makam kerabat yang telah meninggal.

"Beruntung ulang tahun GPI dibuat bulan Februari. Masih turun hujan. Kupang masih hijau.Tidak terlalu panas," celoteh Andri Meilani.

Andri peranakan Alor dan Rote. Ia bersekolah di Kupang sampai sarjana. Sekarang sebagai Kepala Cabang Penerbit BPK Gunung Mulia di NTT. Daerah operasinya luas. Meliput Flores, Sumba, Timor dan Alor. Entah bagaimana Andri membagi diri untuk daerah-daerah ini.

Tetapi memasuki bulan Juni, kata dia, Kupang berubah warna menjadi coklat dan hitam. Rumput telah mati. Karang-karang kembali menyembul. Pohon-pohon merontokkan daun dan hidup meranggas, beradaptasi dengan kemarau panjang.

Kupang hanya disambangi hujan tiga bulan dalam setahun.

GPI yang dimaksud Andri adalah Sinode Gereja Protestan di Indonesia. Ulang tahunnya yang ke-410 dirayakan di Kupang. Sengaja dibikin ramai-ramai sebab "anak"nya banyak. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) salah satu "anak"nya menjadi tuan dan nyonya rumah.

GPI memang beranak banyak menjadi 12 sinode dengan hampir tiga juta penganut. Mereka dikenal sebagai Gereja Bagian Mandiri (GBM) dan berkarya hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Jawa, Sumatera, Timor, Sulawesi, Kepalauan Maluku dan Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun