Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Multatuli dan Sejarah Penginjilan di Lebak, Banten

3 September 2022   09:22 Diperbarui: 3 September 2022   09:30 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Multatuli (Sumber: SlidePlayer.nl) 

Gara-gara inilah Pennings mengirim surat ke kantor pusat NZV. Ia bercerita  perihal sukarnya menginjili di Leuwidamar. Ia mengusulkan agar mereka dipindahkan ke Rangkasbitung. Belum lagi rencana itu terwujud, Pennings keburu meninggal pada Juli 1902. Gagal sudah jemaat dipindahkan ke Rangkasbitung.

Bagaimana nasib jemaat Leuwidamar?

Sejarawan Banten Mufti Ali  mengatakan, usai kematian Pennings, misi Kristen di Leuwidamar terhenti dengan sendirinya. Komunitas Kristen pribumi Leuwidamar bergabung ke beberapa komunitas Kristen lainnya seperti ke Pangharepan di Bogor. Laban Djalimoen, asisten Pennings juga akhirnya pindah ke Cirebon. Klinik, sekolah dan tempat tinggal Pennings rusak.

"Umat kristiani dari Banten menjadi anggota jemaat Kristen di beberapa daerah di luar Banten, seperti di Pangharepan dan  Cikembar di Sukabumi  dan Rawa Selang di Cianjur. Gereja di Kampung Sawah Bekasi, Gunung Puteri, Jatinegara, Cigelam, Kwitang, Cideres Bandung, dan hampir seluruh Gereja Pasundan yang tersebar di Banten, DKI, dan Jawa Barat, memiliki kaitan historis dengan jemaat Kristiani Banten abad ke-19," catat Mufti.

"Sekarang bekas gereja dan rumah Pennings masih ada di Leuwidamar. Bahkan di sana ada jalan Gereja. Dan masyarakat mengakui hal tersebut," kata Demianus Nataniel, pemimpin GKP Rangkasbitung 2003-2013. Leuwidamar berjarak 1 jam perjalanan ke arah selatan Rangkasbitung.

Mufti Ali adalah pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Hasanuddin Maulana (SHM), Banten. Ia memperdalam pendidikan ilmu-ilmu keislaman di Pondok Modern Assa'adah, S1 di Fakultas Syariah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, lalu studi master dan merebut gelar doktor dari Fakultas Teologi Universitas Leiden, Belanda. Pembimbingnya adalah Dr. Th.van den End, ahli sejarah Gereja. Sejak 1 Juli 2022 lalu Mufti Ali ditetapkan sebagai Guru Besar Ilmu Sejarah Pemikiran Islam di SHM.

Leuwidamar menjadi cikal-bakal berdirinya GKP di Rangkasbitung, meskipun sinode GKP sendiri baru lahir tahun 1934. Jika dihitung sejak Pennings menginjil di Leuwidamar hingga saat ini, berarti kekristenan telah hadir 127 tahun di sana.

Bagaimana gereja berperan di sana? Romo Gatot bercerita tentang kebersamaan mereka dalam Forum Persaudaraan Umat Beriman. "Kami tidak ada masalah meskipun Banten dikenal sebagai daerah mayoritas muslim. Kami juga bisa bersaksi lewat cara-cara yang sederhana," ujarnya.

Yang ia maksud ialah kelompok menabung "Rik-rik Gemi". Anggotanya tukang becak, tukang ojek dan  pedagang kecil di sekitar gereja dan RS Misi. Setiap minggu mereka diajak menabung Rp 5 ribu-20 ribu. Pas hari raya tabungan bisa diambil dengan sedikit bunga. Penabung paling banyak diberi hadiah sembako atau sarung.

"Semua anggotanya muslim dan mereka senang karena ada yang membantu mereka menabung. Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan," kata Romo Gatot.

Bacaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun