Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harga Tiket Pesawat: Selalu Ada Jalan Lain

12 Agustus 2022   11:08 Diperbarui: 12 Agustus 2022   11:15 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang pesawat dari  Sentani ke Dekai, Ibukota Kabupaten Yahukimo, Papua. (foto:lex) 

Maju kena mundur kena. Demikian yang bisa dikatakan pada kenaikan harga tiket pesawat baik rute domestik maupun internasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 142 Tahun 2022 tentang Besaran Biaya Tambahan (Surcharge) yang Disebabkan Adanya Fluktuasi Bahan Bakar (Fuel Surcharge) Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang berlaku mulai 4 Agustus ini, fuel surcharge naik menjadi maksimal 15 persen untuk pesawat jenis jet dan maksimal 25 persen untuk pesawat jenis turboprop. Apa boleh buat, kenaikan bahan bakar avtur hingga 70 persen membuat tiket jadi mahal. Jika biasanya saya dapat tiket Rp 2,1 juta untuk Jakarta-Sumba, kini menjadi Rp 3,2 juta. Naiknya sangat tinggi, Rp 1,1 juta.

Kalau sudah begini, pilihannya adalah tetap pakai pesawat meskipun mahal, atau menggunakan moda transpostasi yang lain, meskipun perlu waktu lebih lama. Tetapi bagaimana kalau harus ke wilayah Indonesia Timur untuk kepentingan mendesak?

Semua terkait satu sama lain. Tiket mahal membuat orang enggan bepergian. Mesti berhitung sungguh-sungguh  untuk jalan-jalan. Sementara di sisi lain sehabis pandemi Covid-19 banyak tempat wisata mulai buka dan berharap kunjungan yang banyak.

Kita orang Indonesia biasanya kreatif. Selalu ada jalan lain. Yang bisa ditempuh. Misalnya maskapai bekerjasama dengan hotel atau tempat wisata. Harga tiket sekaligus untuk penginapan. Ini sebagai contoh.

Saya ingat kebijakan beberapa Pemerintah Kabupaten di Pegunungan Tengah Papua, yakni memberikan subsidi tiket. Ambil contoh, Pemkab Yahukimo menyetor Rp 1 miliar per tahun untuk subsidi tiket bagi Orang Asli Papua sebesar 30 persen, baik yang mau ke Jayapura maupun ke Wamena. Jika biasanya tiket normal dari Yahukimo (ketika itu, 2019) seharga Rp 1 juta, menjadi hanya Rp 700 ribu. Asalkan Anda OAP dengan menunjukkan KTP. Itu di luar perjalanan dinas bagi pegawai pemerintah yang otomatis dibiayai dari APBD. Contoh ini bisa ditiru pada tingkat nasional, tentu dengan perhitungan yang cermat.   

Dari hal yang terakhir ini, bisa juga ditempuh aparatur pemerintah digalakkan untuk sesering mungkin melakukan kunjungan ke berbagai daerah, dengan catatan kunjungan tersebut ada manfaatnya. Bukan sekadar pergi ramai-ramai, lalu kembali dengan "kosong".

Saya kadang-kadang berpikir, mengurus negara ini seperti mengurus rumah tangga saja. Kalau harga barang menjadi mahal, ada bagian yang mesti "dikalahkan" terlebih dahulu.

Sehingga semua kebutuhan bisa dipenuhi. Biar sama-sama enak. Sama-sama nyaman!  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun