Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belum Selesai Jenderal!

9 Agustus 2022   21:15 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:41 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa tidak terjadi tembak-menembak dalam kasus "polisi tembak polisi" dan Brigadir Yoshua adalah korban, sudah bisa diprediksi semenjak pemakaman ulang dengan upacara militer usai autopsi kedua dilakukan pada Rabu (27/7/2022) lalu di Muaro Jambi. Polri tidak akan gegabah soal ini.  

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada Selasa (9/8/2022) dalam konferensi pers di Mabes Polri mengungkapkan bahwa Irjen FS yang menyuruh Richard Eliezer menembak Brigadir Yoshua. 

Para tersangka termasuk Irjen FS dikenai Pasal 340 subsider 338 juncto Pasal 55 dan 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ini pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati dan paling ringan 20 tahun penjara. Apa yang ditabur itu yang dituai.

Kita "bersyukur" bahwa keluarga Yoshua melalui para pengacaranya berani mengungkap hal ini kepermukaan. Skenario awal yang disusun Irjen FS jadi berantakan. Kini 31 orang polisi ikut terseret dalam pusaran masalah. Kesalahan mereka akan ditakar, apakah hanya pelanggaran etik atau pidana. Atau kedua-duanya.  

Tetapi sesungguhnya, meskipun ada hal yang kita "syukuri",  namun di sisi lain ada yang bikin perih di hati. Yakni anak-anak FS dan  Ibu Putri. Mereka sudah berusia remaja kini, dan pasti mengikuti perkembangan kasus kedua orang tuanya. 

Bagaimana sikap mereka? Apa yang mesti mereka lakukan? Tiba-tiba saja "kertas putih" itu seperti disiram tinta hitam. Dan oleh orang tua sendiri.  Memikirkan hal ini saja membuat saya masygul. Bagaimana mereka menghadapi persoalan yang maha berat ini? 

Peristiwa "polisi tembak polisi" adalah pelajaran. Setidaknya bagi saya. Sebagai orang tua. Yang memiliki anak-anak. Untuk berhati-hati bertindak dalam hal apa saja. Sebab akibat dari tindakan saya, tidak lagi hanya mengenai diri saya sendiri, tetapi juga anak-anak. Justru merekalah yang menerima akibat paling besar dari perilaku orang tuanya.

Sebab itu, ketika ada kerabat yang dilantik sebagai bupati atau memegang jabatan lainnya, pesan saya hanya satu: Jangan pernah korupsi dan memakai jabatan secara sewenang-wenang! Sebab etika, dosa, atau apapun yang diajarkan agama-yang  dus tak kelihatan wujudnya itu-tak kita perdulikan, setidaknya perdulilah terhadap apa yang kelihatan yakni anak-anak dan keluarga!

Dosa urusan pribadi kita dengan Tuhan. Nanti. Kelak. Di sana.  Namun anak-anak adalah urusan kita di dunia. Sekrang. Saat ini. Di sini!    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun