Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jamban, Salah Satu Cara Menilai Keadaban Sebuah Bangsa

29 Juli 2022   20:28 Diperbarui: 29 Juli 2022   20:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayahanda sastrawan Gerson Poyk (1931-2017), seperti ia pernah ceritakan beberapa kali kepada saya, adalah seorang mantri kesehatan dari Jawatan Intelejen Kolera yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda di Batavia pada 1909. Dan di daerah-daerah jajahan. 

Seperti Kementerian Kesehatan di Pusat dan dinas-dinas kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten saat ini. 

Tugas mereka adalah blusukan dari kampung ke kampung untuk mendeteksi keberadaan penyakit ini, sembari kampanye hidup bersih. Antara lain setiap rumah harus ada jambannya. 

Sebagai mantri itulah ayahnya pernah dikirim oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Pulau Sumba,NTT, sekitar tahun 1939, ketika Om Gerson berusia antara 6-7 tahun.

"Apakah sungai itu masih ada? Apakah jembatannya sudah diganti dengan jembatan beton?" ia bertanya kepada saya. Sungai yang ia maksud adalah Sungai Langgaliru di Kabupaten Sumba Tengah dan jembatan di atasnya.

Sebagai mantri kesehatan, salah satu tugas ayahandanya adalah menggalakan pemakaian jamba kepada masyarakat. Rupanya Pemerintah Hindia Belanda sangat ketat soal jamban ini. 

Sebab beberapa kasus penyakit menular seperti kolera pernah terjadi dan menelan ratusan ribu korban jiwa Hindia Belanda. Misalnya pada tahun 1821 sekitar 125.000 orang tewas di Jawa gara-gara wabah kolera. Ini akibat sanitasi yang buruk dan tidak adanya jamban.

"Bapak saya ambil kayu baru dimasukkan ke dalam lubang penampungan untuk mengukur," kata dia.

Cukup masuk akal. Bahkan 75 tahun setelah Indonesia merdeka, salah satu jenis sampah yang mengotori Sungai Ciliwung yang mengalir dari Puncak ke Jakarta adalah, kotoran manusia. Konon sekitar 100 ton kotoran manusia dibuang ke sungai ini setiap hari. Ciliwung menjadi WC umum.

Salah satu cara mengukur keadaban sebuah bangsa adalah dari jambannya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun