Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apa Hubungan Tambang Ombilin dan Pulau Sumba?

27 Juli 2022   07:31 Diperbarui: 27 Juli 2022   07:47 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku "Wona Kaka, Perang Melawan Belanda di Kodi 1911-1913". Dok.pri 

Antara tahun 2018-2020 saya bolak-balik Depok-Sumba untuk mendalami sejarah perang antara Laskar Kodi yang dipimpin Wona Kaka, di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, dengan kolonial Belanda pada tahun 1911-1913.  Dalam pencarian itu saya menemukan berbagai kisah tentang Perang Kodi, namun bukan dari sumber pertama. Ada beberapa benteng alam tempat bertahan Laskar Kodi yang saya datangi, masuk sampai ke pedalaman yang sukar dilewati kendaraan. 

Setelah melewati proses penulisan draft dan sekali lagi melakukan cek & ricek ke lapangan, buku "Wona Kaka, Perang Melawan Belanda di Kodi 1911-1913" boleh terbit pada 2021. Fungsi buku ini antara lain adalah, sebagai "pembuka" untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Perang Kodi dan perang-perang lain di Sumba melawan Belanda. Ia bukan buku pertama, tetapi salah satu dari beberapa buku (tak sampai 3), termasuk beberapa naskah tentang peristiwa itu.

                                                                                                                                  =000=

Tahun 1911 masyarakat Kodi bangkit melawan Belanda. Ada rupa-rupa alasan. Antara lain pajak yang mencekik leher, para raja kecil (kepala kampung) dan pedagang budak yang merasa terganggu kenyamanannya, pengambilalihan kekuasaan Rato (raja) Kodi,  dan kerja rodi membangun jembatan dan jalan raya dengan peralatan seadanya.  

Namun pemicunya adalah ketika Kapten Djikman, Komandan Tentara Belanda di Kodi, memperkosa  istri seorang bagsawan dari Kampung Bondokodi yang diminta datang menari untuk menghibur mereka. Perlawanan meletus dari peristiwa ini. 

Wonakaka masih muda. Ia satu-satunya yang bisa menembakan bedil kala itu. Kepandaian ini ia peroleh dari iparnya yang tinggal di Loura, di bagian utara Kabupaten Sumba Barat Daya. Wilayah ini dekat pelabuhan. Bangsawan itu menjalin hubungan dagang dengan orang Portugis. Dari sanalah ia mendapat bedil. Yang ditukar dengan ternak kuda dan kayu cendana. 

Kabar tentang Wona Kaka menyebar cepat. Apalagi ia adalah pemimpin para kstaria dari Parona (kampung) Bongu di Kodi, dalam perang antar suku yang masih kerap terjadi waktu itu. Kemenangan selalu mereka dapatkan. Raja Kodi, Rato Loghe Kanduyo menyuruh orang memanggil Wona Kaka. Ia diminta memakai senjata yang berhasil direbut dari dua orang tentara Belanda untuk melawan mereka. Wona Kaka kemudian didapuk memimpin perang melawan Belanda, setelah Rato Loghe ditangkap dan disiksa Belanda hingga tewas.

Perang melawan Belanda terjadi selama tiga tahun, 1911-1913, sebelum Wonakaka dan pengikutnya ditangkap oleh siasat damai Belanda. Pihak Belanda menilai Wona Kaka telah mengganggu ketentraman umum di Kodi. Dalam perang ini Warat Wona, istri Wona Kaka ikut tewas. Dalam kelompok Laskar Kodi ada beberapa perempuan yang ambil bagian.

Salah satu pertanyaan besar yang belum terjawab adalah, di mana Wona Kaka, sang pemimpin laskar meninggal dan dikuburkan? Apakah Ombilin di Sawah Lunto, Sumatera Barat atau Nusakambangan di Jawa Tengah seperti banyak diasumsikan selama ini?   Sebab belum ada satu bukti pun yang menunjukkan hal itu. Di Kampung Bongu memang ada makam Wona Kaka. Tetapi yang dikubur hanya barang-barang pribadinya. Yakni pakaian, potongan rambut dan parang. 

Setelah Wona Kaka dan 86 pengikutnya di tangkap dalam sebuah perjanjian damai yang diinisiasi Belanda di Bondo Kodi, mereka dijemput kapal laut menuju Surabaya. Di Surabaya inilah mereka dipecah dalam beberapa kelompok. Ada yang dibuang ke Nusakambangan, ada yang dikirim sebagai pekerja di tambang batu bara Ombilin di Sawah Lunto dan beberapa orang di antaranya menjadi anggota pasukan Marsose di Aceh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun