Mohon tunggu...
ALEXANDRA HANIFAH
ALEXANDRA HANIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menumbuhkan Kreativitas-Konstruktif dan "Idea of Progress"

7 Mei 2021   16:59 Diperbarui: 10 Mei 2021   13:47 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Alexandra Hanifah-Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Haruskah kreativitas itu muncul dari pikiran yang fokus? Apakah pikiran yang tidak fokus bisa melahirkan kreatifitas? Kreatifitas yang bagaimana: konstruktif ataukah destruktif? Pertanyan-pertanyaan tersebut menarik untuk dicermati lebih lanjut.

Bagi yang berpendapat bahwa pikiran harus fokus apabila ingin melahirkan kreatifitas, bersandar pada pendapat Alexander Graham Bell (BBC.Com, 14/6/2018). Bell berpendapat bahwa apabila anda ingin memunculkan kreatifitas maka anda harus memusatkan pikiran dan fokus pada satu hal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.

Anggapan seperti itu, sekarang perlu ditinjau kembali, karena berpikir dengan pola pengalihan fokus dinilai lebih mendorong kreatifitas. Selain melakukan metode pengalihan fokus, melakukan tugas ganda (multitasking) juga dapat melahirkan kreatifitas, seperti yang ditegaskan Jackson Lu ((BBC.Com, 14/6/2018).

Langkah-langkah praktis yang disarankan psikolog Ron Friedman (detikHealth, 5/1/2016) bisa dilakukan untuk mengasah pikiran agar kreatif. Misalnya dengan bersyukur di pagi hari, membiarkan meja berantakan, ngopi di warung kopi atau café, memperbanyak teman, mengerjakan tugas dengan nyaman (tidak terburu-buru, tidak menggerutu tapi enjoy dengan tugasnya), meluangkan waktu untuk diri sendiri atau “me time”. Hal-hal yang nampaknya sepele seperti itu, tapi dapat meningkatkan kemampuan otak untuk berpikir kreatif. Sesungguhnya, hal-hal sederhana tadi itu merupakan kegiatan untuk menginterupsi dan mengalihkan fokus kita sehingga pikiran menjadi segar kembali. Pikiran yang segar akan mendorong ide-ide kreatif akan muncul.

Otak kita berada pada posisi paling inovatif saat sedang beristirahat. Maka dari itu, sebaiknya kita menyisihkan waktu untuk tenang, melakukan refleksi dan mengistirahatkan pikiran. Pada saat otak istirahat, pikiran tenang dan meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time), sesungguhnya pada saat itu pikiran kita sedang mengakses, memori, emosi dan pengetahuan yang tersimpan secara acak (Metz, 2017).

Zaman modern sekarang ini banyak kita temui hal-hal yang negatif: kecemasan, keterasingan, kekerasan, egoisme (Bergin dalam Ulumul Qur’an, No. 4, 1994: 5). Yang kesemuanya itu, bila tidak ditopang dengan kemampuan kita mengelola pikiran dengan baik, akan menjadi penghambat lahirnya pikiran-pikiran kreatif. Penghambar kreatifitas yang utama menurut para psikolog adalah apa yang disebut dengan fiksasi kognitif (BBC.Com., 14/6/2018). Artinya pikiran kita seringkali terjebak pada kebiasan-kebiasaan yang seringkali menjebak kelincahan pikiran kita dalam bergerak dari satu ide ke ide yang lain.

Pikiran yang kreatif adalah pikiran yang berani keluar dari jebakan fiksasi kognitif. Pikiran yang berani out of box. Pikiran yang senantiasa berani melakukan perubahan-perubahan. Dalam perspektif Islam, segala sesuatu itu berubah tidak ada yang langgeng kecuali Sang Pemilik Kebenaran Mutlak (QS. al-Qashash: 88). Perubahan itu tidak sekedar perubahan tetapi perubahan yang bersifat memperbaiki, perubahan menuju kebaikan. Jadi, tidak sekedar pikiran yang kreatif tetapi pikiran yang kreatif-konstruktif. Pikiran yang mempunyai idea of progress. Kreatifitas juga harus diarahkan pada idea of progress di samping konstruktif.

Idea of progress menurut Nurcholish Madjid (2019: 284) adalah, value yang bertumpu pada ajaran dasar bahwa manusia makhluk ciptaan Allah SWT yang suci, cenderung hanif yaitu cenderung pada kebenaran. Karena pada dasarnya cenderung kepada hal-hal yang benar, maka manusia tersebut tidak takut dengan dinamika perkembangan eksternal. Hal demikian berimplementasi munculnya optimisme dalam menghadapi perubahan pranata-nilai keduniawian manusia. Pada level mental, perwujudannya yaitu tumbuhnya sikap mental terbuka (open minded) menerima masukan kebenaran.

Merujuk pandangan Nurcholish Madjid di atas, maka kita menerima pendapat Alexander Graham Bell bahwa kita tidak usah melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan karena yakin bahwa kreativitas muncul dari konsentrasi dan pemusatan pikiran. Pengalihan fokus hanya akan mengacaukan kreativitas.

Kita juga menerima pendapat Jackson Lu bahwa kreatifitas itu muncul justru dari pikiran yang tidak fokus. Pikiran yang diselingi interupsi atau pengalihan fokus. Bahkan dengan melakukan multitasking sekalipun, kreatifitas tetap bisa muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun