Mohon tunggu...
Robby Alexander Sirait
Robby Alexander Sirait Mohon Tunggu... lainnya -

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." -Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kinerja Perekonomian Indonesia 2015

6 Januari 2016   12:09 Diperbarui: 6 Januari 2016   20:51 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kinerja investasi tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, terlihat dari realisasi investasi pada periode Januari-September 2015 mencapai Rp400 Triliun, meningkat 16,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp342 Triliun. Realisasi investasi tersebut sudah mencapai 77 persen dari target realisasi investasi tahun 2015 Rp519,5 Sebelumnya di tahun 2014, pencapaian realisasi investasi tercatat mencapai angka Rp463,1 triliun. Dari realisasi investasi Januari-September tersebut, PMDN meningkat 16,4 persen sebesar Rp133,2 Triliun diibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara realisasi investasiA PMA naik 16,9 persen sebesar Rp266,8 Triliun.

Pada periode Januari-September 2015, investasi sektor manufaktur mencapai Rp172 Triliun atau setara dengan 43 persen, sektor tersebut lebih besar dibandingkan dengan dua sektor lainnya yakni sektor primer yang terkait dengan kegiatan ekstraktif atau bahan mentah sebesar Rp72 Triliun atau 18 persen dan sektor tersier yang mencakup bidang usaha jasa, konstruksi dan infrastruktur sebesar Rp155,9 Triliun atau 39 persen. Bila mengacu pada pencapaian realisasi investasi tahun 2014, kontribusi sektor manufaktur mencapai Rp199,1 triliun atau setara dengan 42,99 persen, sektor primer atau ekstraktif mencapai Rp91,7 triliun atau setara dengan 19,81persesn, dan sektor tersier termasuk jasa, konstruksi dan infrastruktur sebesar Rp172,3 triliun atau setara dengan 37,20 persen. Porsi sektor manufaktur besar mengindikasikan masih tumbuhnya sektor manufaktur. Berkembangnya sector manufaktur akan mendorong berkembangnya sektor lainnya, khususnya infrastruktur dan jasa.[2]

Sementara itu sepanjang Januari-September 2015 dari sisi tenaga kerja realisasi investasi menyerap tenaga kerja sebanyak 1.059.734 orang, naik 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014, sebesar 960.336 orang.

 

Inflasi Tahun 2015, maksimal 4,89 persen.

Hingga bulan November 2015, inflasi year on year mencapai 4,89 persen dan tingkat inflasi tahun kalender mencapai 2,37 persen. Capain angka tingkat inflasi tahun ini masih berada dibawah target inflasi dalam APBN-P 2015 yang sebesar 5 persen. Jika menggunakan asumsi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2015 mengalami peningkatan yang sama dengan bulan yang sama tahun lalu, yakni mengalami kenaikan ± 3 basis poin, maka di akhir tahun 2015 tingkat inflasi mencapai 4,89 persen. Dan jika tidak ada perubahan yang signifikan di tahun 2015, maka inflasi tahun ini akan berada dibawah 3 persen. Masih berada dibawah target inflasi pada APBN-P 2015.

Capaian yang berada dibawah target ini, bisa jadi akibat keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Hal ini terlihat dari capaian tingkat inflasi hingga bulan November untuk komoditas yang diatur pemerintah atau administered price mengalami deflasi sebesar minus 0,46 persen. Berbeda sangat signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Di tahun 2014, capaiannya sebesar 17,57 persen dan tahun 2013 sebesar 16,65 persen.

Disisi lainnya, jika melihat perlambatan ekonomi yang masih terus terjadi hingga penghujung tahun 2015 yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, dapat disimpulkan bahwa capaian inflasi tersebut juga diakibatkan oleh faktor penurunan daya beli masyarakat. Hal ini terlihat pada pergerakan tingkat inflasi bulanan sepanjang tahun 2015 yang sedikit mengalami anomali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya di bulan Januari dan September (tahun yang bukan periode krisis atau ketidakpastian ekonomi global) terjadi inflasi yang cukup besar. Pada tahun ini, di bulan Januari dan September malah mengalami deflasi. Padahal, biasanya pengeluaran masyarakat relatif besar pada bulan-bulan tersebut. Dugaan penurunan daya beli masyarakat yang akhirnya mempengaruhi tingkat inflasi yang relative rendah pada tahun ini, juga terlihat pada capaian inflasi untuk komoditas atau barang bergejolak. Hingga bulan November, inflasi barang bergejolak hanya 1,27 persen. Berbeda jauh dengan dua tahun sebelumnya, tahun 2014 mencapai 10,88 persen dan tahun 2013 mencapai 11,83 persen.

Untuk tahun 2016, capaian inflasi juga masih dapat terjaga dibawah target inflasi dalam APBN yang sebesar 4,7 persen. Dengan catatan pemerintah dan Bank Indonesia dapat menjaga fluktuasi administered price dan ketersedian pasokan. Selain itu, dampak fluktuasi nilai tukar yang masih berpeluang terjadi di tahun 2016 juga harus dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah dan Bank Indonesia

Angka Pengangguran dan Kemiskinan Bertambah

Hingga bulan Agustus 2015, angka pengangguran meningkat menjadi 6,18 persen dari 5,81 persen pada bulan Februari 2015. Artinya ada tambahan angkatan kerja yang menganggur sebanyak 210 ribu orang. JIka melihat sebaran pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamaatkan oleh angkatan kerja, penigkatan persentase jumlah penganggur terbesar adalah yang berpendidikan sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan. Untuk sekolah menengah atas meningkat menjadi 10,32 persen dari 8,17 persen pada bulan Februari 2015. Sedangkan untuk pendidikan sekolah menengah kejuruan menjadi 12,65 persen dari 9,05 persen pada bulan Februari 2015. Jika melihat sebaran jumlah penduduk bekerja menurut sektor hingga Agustus 2015, terjadi penurunan yang cukup tajam di sektor pertanian, industry dan jasa kemasyarakatan/perorangan. Untuk sektor pertanian jumlah angkatan kerja yang bekerja menurun sebanyak 2,37 juta orang, sektor manufaktur sebanyak 1,13 juta orang dan sektor jasa kemasyarakatan/perorangan menurun sebesar 1,47 juta orang dibandingkan data bulan Februari 2015. Peningkatan angka pengangguran dan penurunan pekerja di ketiga sektor tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang melambat akibat ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Perlambatan daya beli domestic dan global serta pelemahan nilai jual komoditas berdampak pada struktur ketenagakerjaan sektor pertanian dan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun