Mohon tunggu...
Alexa Chan
Alexa Chan Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Designer, Konsultan Pajak/Keuangan

Liar..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makna Dibalik Wejangan Guntur tentang “Teman Ahok”

10 Juni 2016   00:15 Diperbarui: 10 Juni 2016   00:44 2522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guntur Soekarnoputra dan Sukmawati Soekarnoputri (Antara/ Ujang Zaelani)

Putra sulung bapak proklamator, “Putra Sang Fajar”, Soekarno, Guntur Soekarnoputra,  sempat memberikan wejangan kepada Ahok tentang kelompok relawan, "Teman Ahok" seperti dilansir oleh kompas.com, hari ini (9/07/2016), Menurut Guntur, “Teman Ahok” itu merupakan pemuda-pemuda yang militan dan revolusioner, sehingga Ahok harus perhatikan betul mereka. Wejangan ini bagi sebagian orang mungkin hanya pernyataan yang biasa dan nggak istimewa. Namun bagi Lexa pribadi, bila benar wejangan tersebut disampaikan oleh “Mas Tok”, sapaan akrab Guntur, mengandung makna tersendiri dibaliknya.

Lebih lanjut menurut Ahok, Guntur juga sempat mengutip ucapan bung karno yang terkenal itu dan mengakatkan kepadanya “Kalau kumpulin 1.000 orang tua waktu hanya habis buat mimpi, tetapi kalau kamu kumpulin satu pemuda saja yang revolusioner, kamu akan mengguncang dunia.”

Keduanya bertemu di sela-sela haul almarhum Taufiq Kiemas di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Rabu (8/6/2016).

Pertama, seorang Ahok cukup cerdas untuk membentuk opini dengan menceritakan wejangan Guntur kepada awak media, di saat sedang terjadi pro dan kontra diantara elit partai PDI-P terhadap dukungan mereka sekalipun mewakili pribadi terhadap pencalonannya. Diakui ataupun nggak, sosok putra sulung Sang Fajar ini yang oleh kebanyakan militan PDI-P dinilai memiliki kharisma dan titisan Bung Karno, masih memiliki pengaruh sekalipun ia memilih nggak berminat terjun ke dunia politik.

Kedua,pernyataan Ahok tersebut secara langsung mengoreksi pernyataan dirinya sebelumnya, bahwa selama berada atau hadir pada haul almarhum Taufiq Kiemas nggak membahas pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017, kompas.com (8/6/2016). Kalo Ahok sempat mendapat wejangan dari Guntur, menurut keyakinan Lexa kemungkinan besar diawali dengan perbincangan tentang kesiapan Ahok dalam menghadapi Pilkada.  Jika hal ini benar, Ahok bersikap nggak jujur bahwa nggak ada perbincangan tentang pilkada DKI Jakarta 2017.

Ketiga, Sebagaimana yang diketahui bagi mereka yang mengikuti sejarah Bung Karno, melalui buku “Soekarno Penyambung Lidah Rakyat”, walaupun “Mas Tok” pernah terjun ke dunia politik saat kuliah di Fakultas Teknik ITB  sebagai aktivis GMNI. Namun pada kampanye PNI pada pemilu 1971. Ia yang diharapkan ikut berkampanye saat itu, tak kunjung datang. Sejak itu Guntur seperti steril dari dunia politik dan kemudian memilih untuk menjadi pengusaha.

Sehingga wejangan putra sulung sang fajar yang bernuansa politis yang nggak biasanya disampaikan sebagai sikap politik untuk berpihak kepada orang lain, apalagi keberadaan Ahok yang jelas-jelas diketahuinya akan bertarung pada Pilkada DKI 2017 nantinya, jadi sekali lagi menurut Lexa, Ahok memanfaatkan pembicaraan dengan Guntur dengan menyinggung tentang kesiapannya menuju Pilkada DKI 2017. Jika kemudian wejangan Guntur tersebut diartikan sebagai sebuah dukungan pribadi, bisa saja dipergunakan Ahok melalui pernyatannya kepada media untuk menggiring opini publik sekaligus memberikan signal kepada militan PDI-P atau bisa juga ditujukan kepada keluarga besar Bung Karno, khusnya kepada adik-adik Guntur  yang saat ini berkecimpung di dunia politik. Walaupun sosok Guntur nggak akan mengintervensi keputusan adik-adiknya yang kadang saling berseberangan sikap politik mereka.

Keempat,Melalui pernyataan Ahok kepada media terkait penilaian pribadi Guntur terhadap keberadaan “Teman Ahok”, menurut Lexa bisa saja murni merupakan respon pribadi Guntur yang positif dan tulus ketika bernostalgia mengingat atau menceritakan masa-masa perjuangan Ayahanda bersama tokoh-tokoh muda  – pemuda- yang militan dan revolusioner dalam mewujudkan Kemerdekaan. Dengan demikian melalui media, Ahok dapat memanfaatkan wejangan tersebut sebagai bentuk dukungan moril Guntur untuk dirinya sekaligus menyemanganti kerja relawan “Teman Ahok” dalam memperjuangkan keyakinan dan idealisme mereka untuk mengusungnya melalui jalur persorangan. Sekaligus hal ini dapat membuktikan kepada publik bahwa dukungan Guntur kepada relawannya itu merupakan upaya revolusioner yang baik dari kaum muda untuk memberikan koreksi positif kepada elit dan partai politik untuk membenahi diri dan merebut kembali kepercayaan rakyat. Bukan sebaliknya untuk melakukan isu deparpolisasi.

Kelima,  terkait pernyataan Guntur bahwa “Teman Ahok” merupakan pemuda-pemuda yang militan dan revolusioner, jangan sampai diartikan atau dipolitisir sebagai  kekuatan atau gerakan revolusioner yang dapat di “benturkan” dengan kepentingan lain, sementara kelompok pemuda yang memiliki semangat militan dan revolusioner telah lama eksis yang cenderung menghendaki hal yang sama yaitu perubahan secara menyeluruh dan mendasar bila memandang sistem dan penyelenggaraan pemerintahan dirasa merugikan rakyat, bangsa dan negara. Namun di sisi lain perlu diwaspadai, jika labelisasi pada “Teman Ahok” tersebut membuat mereka lepas kendali ketika nantinya berhadapan dengan generasi tua (politisi) atau kelompok-kelompok pemuda lain yang memiliki pandangan dan sikap politik yang bersebrangan dengan mereka. Oleh karena itu, catatan tambahan dalam wejangan Guntur bahwa  Ahok harus perhatikan betul tentang keberadaan mereka, merupakan catatan penting bagi Ahok pribadi agar nggak memanfaatkan mereka melakukan politik praktis apalagi melepas mereka berjalan sendiri tanpa ada perhatian dan bimbingan yang baik, walaupun sebagai petahana Ahok nggak dapat sebebasnya memanfaatkan jabatan dan fasilitas negara untuk memikul tanggung jawab itu.

Jadi Koh Ahok, sebagai Gubernur walaupun anda dilabeli political outsider,anda tetap seorang politisi,  yang menurut anda sekarang ini nggak ragu lagi untuk maju menggunakan jalur perseorangan dalam pilkada DKI 2017 nanti. Anda harus sadar bahwa anda mempunyai tanggung jawab moril untuk dapat menjaga dengan benar generasi muda yang berjuang untuk anda tersebut. Jangan biarkan mereka berjalan tanpa kendali dan bimbingan yang benar sekalipun sulit bagi anda untuk menempatkan diri, karna sebagai petahana anda nggak mudah menggunakan jabatan dan fasilitas negara untuk mewujudukannya. Namun sekali lagi, walaupun sulit posisi anda, sementara anda sedang bekerja keras untuk menyelesaikan tugas jelang akhir masa jabatan anda, jangan memanfaatkan dan kemudian mengecewakan mereka nantinya. Sekalipun anda memiliki tantangan berat untuk melangkah bersama mereka, gagal ataupun berhasil nantinya, membaur dan merasakan perjuangan itu bersama-sama mereka.

Selamat merenungkan Koh.. jangan juga dibawa perasaan bagi pendukung Ahok atau sebaliknya, Ini adalah pendapat dan opini Lexa, dan anda boleh saja berpendapat berbeda....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun