Mohon tunggu...
Alex Raharjo
Alex Raharjo Mohon Tunggu... Freelancer - Laki-Laki

Freelancer, Followback, Comment back.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Antara Garis Keras dan Garis Lucu

27 Juni 2019   21:16 Diperbarui: 27 Juni 2019   21:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diolah dari kontan.com

Lucunya Negeriku, ketika ada prestasi sebagian melecehkan dan ketika ada yang buruk sebagian pula memaki, mau sampai kapan Indonesia seperti ini? Membela yang salah, mencela yang benar, merasa paling benar berdasarkan dukungan politik.

Ini sudah bukan akal sehat karena sebagian terdiam, sebagian mencibir dan sebagian mengagungkan. Efek panasnya politik membawa arus ke masyarakat sehingga terjadi buta mata dan buta hati, seakan tidak terima ketika pilihan politiknya berprestasi dan mencibir yang seharusnya jadi sebuah kebanggaan bersama. Bukankah harusnya kita selalu dukung siapapun, dari partai manapun dan dari golongan apapun ketika itu membuat suatu prestasi untuk bangsa yang kita cintai, kenapa harus berkubu-kubu jika tujuanya membangun bangsa, harusnya bersatu untuk memajukan bangsa yang besar ini.

Apakah politik identitas biang keladi dari semua ini? Karena mengingat mayoriyas Negara kita adalah Muslim, Oleh karenanya untuk mendapatkan perolehan suara demi memenangkan pemilu syaratnya mengidentitaskan politik beragama, Lantas tak berhargakah prestasi bangsa yang dihasilkan Non Muslim? Tak berkahkah ketika ada salah satu yang memajukan bangsa itu Non Muslim?

Inilah kekeliruan yang terjadi seakan beda pilihan politik adalah musuh, beda pendapat berarti bukan golongan, bukankah kita ini bangsa yang merdeka dan berdiri dengan keberagaman, keberagaman berlandaskan Pancasila.

Dan ketika ada di antara kita yang ingin melenyapkan Pancasila, ya lenyapkan saja orang tersebut tak perlu pandang bulu apakah dia Ulama, Habib, Asn atau Presiden sekalipun.

Cara berfikir dan berpendapat yang dihasilkan setiap orang pasti ada yang sama, dan banyak pula yang berbeda, kenapa harus ada kubu garis keras dan garis lucu, kenapa tidak bersatu saja antara garis keras dan garis lucu untuk membangun bangsa yang sama-sama kita cintai, semua menyuarakan NKRI Harga Mati.

Perlu diingat bahwa di sekeliling kita pasti ada yang humoris dan ada juga yang tempramen, karena kita tidak akan pernah bisa pula memisahkan keduanya. Berjalan bersamaan dengan sedikit sikutan tanpa harus melenyapkan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun