Mohon tunggu...
Alek Kurniawan
Alek Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Seorang penulis yang bercita-cita menapakkan kaki di lima benua.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Energi Listrik Ramah Lingkungan Jadi Solusi Industri Masa Depan

20 April 2021   15:48 Diperbarui: 21 April 2021   21:22 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan energi ramah lingkungan (Foto: iStockPhoto)

Digitalisasi industri dan pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan dapat membangun industri masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, penggunaan energi listrik juga berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim.

Berdasarkan data Climate Watch, sektor energi mejadi kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Adapun emisi gas rumah kaca dari sektor energi disokong oleh kegiatan industri, rumah tangga, dan transportasi. Secara global, aktivitas tersebut menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi.

Digitalisasi juga berperan dalam membantu perusahaan membuat target yang dapat dicapai untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.

Secara global, 50 persen dari emisi karbon global dapat dihilangkan pada 2040. Dengan catatan, langkah-langkah penghematan energi melalui digitalisasi diterapkan setidaknya setengah dari total bangunan yang ada dan inisiatif elektrifikasi serta dekarbonisasi dapat dijalankan.

Untuk melakukan dekarbonisasi, teknologi listrik ramah lingkungan bisa menjadi jalan keluar.

Dengan berkembangnya penggunaan kendaraan listrik, pembangunan microgrid, dan panel surya, dunia semakin fokus memanfaatkan energi baru terbarukan. Konsumsi energi listrik dalam 20 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dan produksi listrik dari sumber energi terbarukan juga akan meningkat hingga 40 persen.

Di dalam negeri, pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29-41 persen pada 2030. Sejalan dengan target penurunan emisi gas rumah kaca, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menargetkan penggunaan energi terbarukan mencapai 23 persen dari total penggunaan energi pada 2030 dan 31 persen pada 2050.

Hal tersebut pun membutuhkan partisipasi aktif dari sektor industri sebagai sektor yang membutuhan energi dan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar.

Sebagai perusahaan yang fokus pada transformasi digital di pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric memahami hal tersebut. Bagi Schneider Electric, digitalisasi, dekarbonisasi, desentralisasi, dan elektrifikasi adalah pilar dari strategi inovasi perusahaan untuk sustain.

Selama lebih dari 15 tahun, Schneider Electric secara konsisten menjadi pelopor dalam mengatasi perubahan iklim dan terlibat aktif dalam inisiatif global seperti Sustainable Development Goals (SGDs).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun