Mohon tunggu...
Aldo Syahrul Huda
Aldo Syahrul Huda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Catatan-catatan kecil dari keresahan

Boleh mampir dan bertamu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kewajiban vs Kebutuhan

12 April 2021   00:42 Diperbarui: 12 April 2021   09:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kewajiban adalah sebuah hal yang memang harus di penuhi dalam berbagai peran dan kondisi yang memang sifat dari namanya tersendiri sudah bisa di tebak bersifat wajib dan seharusnya untuk di lakukan bukan dibiarkan apalagi ditinggalkan. Sedangkan kebutuhan adalah sebuah pemenuhan hasrat yang memang berasal dari alamiah seseorang yang secara tidak langsung kebutuhan ini seperti menjadi sebuah kewajiban yang mesti dipenuhi dan terealisasikan. 

Dalam hal ini di kaitkan dengan konteks kasus dari kesenjangan peran orang tua dan anak dalam keluarga. Orang tua khususnya ibu yang memaksakan untuk pergi bekerja karena sebuah kewajiban keluarga yang harus di penuhi, terlebih salah satu kewajiban dari orang tua adalah mendidik dan memberikan kebutuhan ekonomi yang terpenuhi. Karena kuranya dalam pemenuhan kebutuhan dari keluarga sendiri, sehingga mencari jalan lain untuk memenuhi hal tersebut yakni dengan orang  tua atau ibu bekerja.  Namun resiko yang harus di ambil oleh orang tua adalah kurang terpenuhinya sebuah peran untuk menjadi seorang pendidik untuk anak. 

Seperti yang di ungkapkan oleh seorang ibu single parent (40) di jawa barat yang sedang bekerja dan dalam kasus yang sama, beliau berpendapat seperti ini.

“Orang tua mana yang tidak ingin dekat dan selalu ada untuk mengasuh anak-anaknya? Sebenarnya saya ingin selalu bersama anak-anak saya sepanjang waktu seperti orang tua lainnya. Saya juga ingin menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak saya, tapi saya tidak dapat untuk melakukan itu karena saya juga harus bekerja keras untuk mencari nafkah untuk diri saya dan anak-anak saya, karena saya tidak ingin anak-anak saya dirampas secara materi, jadi saya harus memenuhi semua kebutuhannya, agar anak-anak saya bahagia dan Saya tidak punya perasaan batin menjadi orang tua, mungkin saya harus merelakan waktu bersama anak saya, tapi menurut saya itu tidak penting, karena melihat anak saya kekurangan apapun sudah cukup membuat saya melihatnya bahagia dan bahagia." Ujar ER.

Tak bisa di pungkiri memang kewajiban untuk menghidupi keluarga juga lebih penting dari apapun. Orang tua memiliki peran ganda  yang harus di jalani, ibu dan seorang pekerja. Mau tidak mau itu harus berjalan beriringan, jika tidak mungkin akan ada ketimpangan dalam keluarga tersebut, baik dari segi ekonomi atau dari segi karakter seorang anak. Ketika melihat konteks wawancara dari ER tersendiri, ER mencoba beriringan dalam menyeimbangkan kerja dan juga peran sebagai ibu. Namun nyatanya itu tidak bisa terwujudkan secara realistis, dengan melihat anaknya senang itu sudah menjadi sebuah kepuasan dan hasil dari kewajiban seorang ibu.

Begitupula dalam sudut pandang seorang anak remaja MA (18) di jawa barat dalam konteks hal ini pun berpendapat seperti ini.

“yang aku sebetulnya butuhkan adalah peran dari orang tua. Kenapa aku memiliki kebebasan hidup dan berperilaku ? Karena aku tidak bisa mendapatkan kebebasan hidup dari orang tuaku sendiri, karena orang tua seringkali hanya mementingkan kebutuhan sendiri, bukan anak-anaknya, termasuk aku pribadi. Sebenarnya ketika hubungan antara orang tuaku baik dan pemenuhan ekonomi masih cukup mereka hidup damai tentram. Tapi ketika mereka hidup terpisah, seketika semua orang fokus buat ngurus diri sendiri, aku kehilangan segalanya. Tetapi ketika aku bebas, aku merasa dididik lagi sama seorang pendidik lagi, bukan sama orang tua, tapi lingkungan. Meskipun aku memiliki kebebasan buat ngelakuin apa pun, aku masih sangat bahagia bisa hidup lagi.Tapi sampai titik ini aku pribadi masih sangat membutuhkan perhatian dari orangtua khususnya ibu, meskipun aku sudah sangat marah tapi aku mengharapkan hal itu." Ujar MA.

Dalam wawancara ini, MA menegaskan bahwa ia tidak membutuhkan sebuah kepuasan material tetapi cenderung mahalnya sebuah peran dan perhatian yang tidak bisa MA dapatkan seperti layaknya anak pada umumnya.

Ketika dikaitkan dengan dua konteks wawancara anatara ER dan MA ini memang sangat berlawanan. Seorang ibu yang memiliki peran ganda memiliki kewajiban yang bertentangan dengan anak yang sejatinya tidak sepenuhnya membutuhkan itu semua. Bisa kita lihat bahwa perbedaan ini justru akan memberikan sebuah kejanggalan ketika menjalaninya, dan ketika salah satu dari mereka itu melakukan kesalahan, mereka akan saling menyalahkan. Jadi memang bisa di putuskan bahwa sebuah kewajiban itu memang seharusnya untuk dilakukan apapun kondisinya dan resikonya harus sudah bisa di telan dengan mentah-mentah, begitupula sebuah kebutuhan sangat sulit untuk mendahului dengan kewajiban, namun bisa beriringan. Oleh karena itu akan lebih baik jika kita harus bisa berdamai dahulu dengan diri sendiri dan mempertimbangkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, untuk siapa dan seberapa besar dampaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun