Mohon tunggu...
Aldi Gozali
Aldi Gozali Mohon Tunggu... Akuntan - A lifelong learner

A true learner who loves to write about business, economics, and finance. | All the articles here are originally taken from https://aldigozali.com. Visit there for more articles. | Twitter: @aldigozali | Email: aldi.gozali@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bitcoin Memang Seharusnya Dilarang

18 Januari 2018   15:18 Diperbarui: 19 Januari 2018   10:20 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelarangan Bitcoin (stockmaster.com).

Saya sering bertukar pandangan dengan teman-teman sejawat saya tentang kehadiran mata uang digital Bitcoin. Saya ingat betul saat pertama kali membicarakannya dengan teman saya, yaitu empat tahun silam, Bitcoin masih belum tenar. Pandangan yang saya berikan saat itu, saya tidak tertarik dan tidak menyarankan untuk masuk ke sana. Kini, dengan Bitcoin sudah sangat tenar dan tumbuh ribuan persen sejak saat itu, pandangan saya tetap dan akan selalu sama: hindari saja!

Alasan saya tidak menyarankan masuk ke pasar Bitcoin saat itu adalah hal yang teramat mendasar dalam dunia trading dan investasi. Sebagai seorang yang ketika itu aktif di bursa berjangka, saya tidak melihat adanya hal mendasar tersebut pada pasar Bitcoin. Tidak seperti aset atau konter lainnya pada instrumen bursa berjangka, saya sulit, atau bahkan tidak bisa, menemukan keterkaitan/korelasi empiris antara Bitcoin dengan faktor-faktor fundamental penggeraknya.

Dalam berinvestasi atau trading, di instrumen pasar keuangan khususnya, mestinya semua keputusan yang diambil (apakah itu beli ataupun jual) dilandaskan pada hasil analisis, baik yang dilakukan secara teknikal maupun fundamental. Kedua jenis analisis ini harus dilakukan agar aktivitas yang dilakukan bisa benar-benar disebut investasi, bukan sekedar spekulasi.

Dalam instrumen pasar keuangan, setiap konter umumnya memiliki grafik harga yang bisa digunakan untuk keperluan analisis teknikal dan data-data empiris yang bisa digunakan untuk keperluan analisis fundamental. Di pasar saham dan obligasi, misalnya, selain bisa melakukan analisis teknikal dengan mengamati kondisi grafik harganya, kita juga bisa melakukan analisis fundamental dengan mencari nilai wajarnya. 

Sama halnya di pasar komoditas, kita bisa melakukan analisis teknikal dengan mengamati kondisi grafik harganya dan analisis fundamental dengan memproyeksikan kondisi permintaan dan penawarannya. Begitupun di pasar mata uang, selain bisa melakukan analisis teknikal dengan grafik harganya, kita juga bisa menganalisis fundamental dengan melihat kondisi perekonomian negara-negara yang bersangkutan. 

Sekarang, bagaimana dengan pasar mata uang digital seperti Bitcoin? Betul, kita masih bisa melakukan analisis teknikal di pasar Bitcoin dengan bantuan grafik, tapi bagaimana dengan analisis fundamentalnya? Ini yang belum saya temukan, dan saya yakini tidak akan pernah ada, jawabannya. Kalaupun harus dipaksakan ada, paling-paling kaitannya dengan kasus pencucian uang (money laundering), pasar gelap (senjata api ataupun narkoba) dan juga pasar perjudian. Namun tetap saja, itu bukanlah hal etis untuk dijadikan pertimbangan atau analisis, dan rasanya hampir mustahil data-data mendetail aktivitas kejahatan seperti itu bisa didapat.

Dengan tidak terdapatnya hal-hal empiris nan etis untuk dianalisis dan selama cara kerjanya murni mengandalkan kode-kode virtual yang terkomputerisasi dan terdesentralisasi, Bitcoin, begitu juga mata uang digital lainnya, tidak bisa dan tidak akan pernah bisa dikatakan instrumen investasi. Ia adalah murni instrumen spekulasi.

Bitcoin Riskan bagi Perekonomian

Katakanlah ada pecinta buta Bitcoin yang berargumen bahwa Bitcoin bukanlah ajang spekulasi dan memang tidak diciptakan untuk investasi, melainkan hanya untuk menjadi alat tukar atau uang digital, sesuai dengan konteksnya (jadi, kenaikan harganya hanyalah nilai tambah saja). Maka, saya katakan, itu tidak benar!

Bitcoin Bukanlah Uang

Counter-argument yang pertama sekali ingin saya gunakan adalah, Bitcoin bukanlah uang. Literatur ekonomi mengatakan demikian. Sebagaimana diketahui, untuk bisa dikatakan sebagai uang (termasuk juga uang digital), suatu benda harus bisa memenuhi tiga plus satu (3+1) kriteria berikut:

  1. Alat tukar (medium of exchange);
  2. Satuan hitung (unit of account);
  3. Penyimpan nilai (storehouse of value); dan satu kriteria turunan, yaitu:
  4. Alat pembayaran yang sah (legal payment instrument).

Bitcoin gagal memenuhi sebagian besar kriteria di atas. Sebagai satuan hitung, Bitcoin tidak jelas peruntukannya. Juga, sulit untuk mengatakannya sebagai penyimpan nilai dengan volatilitas harian yang mencapai 5% sampai 10%. Sekali ia terjatuh, ia gagal memenuhi kriteria sebagai penyimpan nilai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun