Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

HUT ke-77 RI: Ratapan Ibunda di Makam Brigadir J dan Goyangan Kapolri di Istana

18 Agustus 2022   23:02 Diperbarui: 19 Agustus 2022   02:42 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

HUT RI 77: Ratapan Ibunda di Makam  Brigadir J Tentang Merdeka dan  Goyangan Kapolri di Istana.

Keluarga Brigadir J merayakan HUT RI ke 77 dengan ziarah ke makam Brigadir J. Sang Ibunda menangis dan meratap. Dia memeluk salib sebagai tanda nisan anaknya. Dia meratapi anaknya yang malang. Kata orang merdeka, tetapi kita belum merdeka. Kau masih tetap dianggap sebagai pelaku pelecehan, kira-kira demikian ratapan itu yang bisa kita saksikan dari siaran TV.

Di sisi lain Kapolri ikut bergoyang di istana dalam rangka perayaan HUT RI ke 77 mengikuti lagu Farel yang memaksa para menteri dan pejabat negara lainnya bergoyang di tempat masing-masing dan ada yang turun bersama penyanyi. Prabowo dan Sri Mulyani ikut bergoyang dan turun dari panggung tempat duduk.

Perayaan satu hari seperti HUT Kemerdekaan RI bisa dianggap sebagai satu hari yang bersejarah yang berlaku secara umum. Namun setiap orang bisa memaknai perayaan ini dengan kondisi subjektif masing-masing.

Menteri-menteri, pejabat termasuk Kapolri bergoyang di istana mengikuti lagu Farel yang mengundang bergoyang. Semua mengikuti keadaan gembira dan senang. Presiden Jokowi senang, ibu Iriana juga bergoyang di istana.

Ibunda Brigadir J merayakan ulang tahun kemerdekaan dengan ziarah ke makam anaknya Brigadir J. Tidak ada dansa atau bergoyang mengiringi lagu. Karena di makam tidak ada nyanyian. Yang ada adalah tangisan. Tangisan pilu dan ratapan hati. Disini hati yang bergoyang dan terguncang. Sedih, pilu dan menyayat hati.

Ibunda Brigadir J mempertanyakan apa arti merdeka. Bagaimana dia merayakan kemerdekaan negara ini, ketika hatinya terjajah penderitaan karena anaknya meninggal dibunuh, namun dituduh melakukan pelecehan seksual tanpa bukti.

Anaknya Brigadir J bukan saja kehilangan nyawa, namun dilekatkan sebagai pelaku pelecehan seksual sesuai cerita karangan Irjen Ferdy Sambo.

Bagaimana seorang ibu bisa merasakan dan merayakan kemerdekaan, ketika beban penderitaan kematian anaknya masih dibayang-bayangi kegelapan tuduhan. Rekening tabungan anaknya dirampas, HP nya hilang, dompet serta pakaiannya hilang entah kemana, ini perampasan harta dan nyawa.

Kita berempati dengan ratapan ibunda ini. Tuntutannya sederhana, tuntaskan pengungkapan kasus ini. Hukum berat pelaku sesuai hukum dan keadilan. Kembalikan segala milik Brigadir J kepada keluarganya. Salahkan tuntutan itu? Tentu saja tidak. Lalu, dimana harta benda milik Brigadir J yang dirampas itu? Seharusnya ini menjadi sebuah tindak pidana pencurian dan perampasan harta dari Brigadir J.

Kapolri bergoyang di istana? Sudah  mendapatkan  inspirasi untuk menyelesaikan kasus kematian Brigadir J ini? Atau kasus ini masih menunggu lagi, entah menunggu apalagi.

Bisakah Kapolri menuntaskan kasus ini segera sehingga keluarga, khususnya ibunda Brigadir J bisa membebaskan diri dari penjajahan penderitaan dan kemalangan tiada tara atas hilangnya nyawa dan harta mikik anaknya Brigadir J?

Bisakah Kapolri dan Bareskrim  menemukan jejak harta berupa rekening, HP dan pakaian Brigadir J untuk dikembalikan ke keluarganya? Rekaman CCTV bisa kembali, walau sempat hilang, apakah harta Brigadir J bisa dikembalikan? Seharusnya bisa. Maukah Polri mengembalikannya? Seharusnya mau. Kalau tidak mau? Berarti ada sesuatu.

Semoga tangisan dan ratapan ibunda Brigadir J di makam anaknya bisa menyentuh hati nurani Kapolri dan Bareskrim. Kiranya muncul simpati dan empati. Harapannya, kasus segera diungkapkan dengan tuntas dan kasus segera diadili ke pengadilan.

Nyawa Brigadir J tidak bisa lagi dimerdekakan dan dihidupkan kembali. Namun hati dan perasaan ibunda dan keluarganya harus dimerdekakan. Bebas dari belenggu derita anak yang kehilangan nyawa, namun yang menghilangkan nyawa anaknya belum dihukum.

Semoga penjajahan terhadap keluarga Brigadir J segera diakhiri dengan kemerdekaan hati dan kelegaan perasaan yang terbelenggu dan tersakiti. Ayo rebut kemerdekaan keluarga Brigadir J.

Salam merebut kemerdekaan.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun