Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sang Emak Pengantri Minyak Goreng.

2 April 2022   08:59 Diperbarui: 2 April 2022   09:05 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pertama, kita harus menekan pemerintah untuk bersungguh-sungguh membuat regulasi dan menjalankan pengawasan yang ketat atas distribusi minyak goreng dan bahan pokok lainnya, apalagi menjelang hari raya. Pemerintah tidak boleh kalah. Negara harus hadir. Pengusaha produsen minyak goreng dan distributor harus tunduk terhadap pemerintah dan negara.

Kedua, para emak dan masyarakat kita harus mau berkreasi dan hidup dengan atau tanpa minyak goreng. Masakan yang direbus, dibakar atau panggang merupakan makanan tradisi kita yang banyak ragamnya. Kenapa tidak itu dikembangkan? Ayam panggang belum tentu kalah dengan ayam goreng, begitukah? Ikan mas yang dimasak seperti Ikan Arsik bagi orang Batak tak kalah dengan ikan mas goreng. Coba saja. Setiap daerah pasti memiliki makanan tanpa goreng.

Ketiga, para emak perlu mengubah sikap dan perilaku tentang minyak goreng. Coba direnungkan, seandainya para emak di seluruh Indonesia berhenti menggunakan minyak goreng selama seminggu. Mungkin hal ini akan menyebabkan stok minyak goreng di pasar akan melimpah. Jika stok melimpah, maka harga akan turun. Tidak percaya, ayo dicoba saja.

Para emak perlu berpikir untuk menghentikan antri mengejar minyak goreng. Boikot saja selama seminggu, maka minyak goreng akan melimpah. Apalagi kalau bisa sebulan puasa menggunakan minyak goreng. Produsen dan distributor akan kelimpungan.

Para emak mengejar minyak goreng, minyak nya dilarikan dan ditimbun, harga melambung. Para emak memboikot, harga pasti terhempas dan stok melimpah.

Di negeri ini krisis minyak goreng bukan sekali ini. Dulu masa Orde Lama tahun lima puluhan terjadi krisis minyak goreng. Masyarakat menghentikan penggunaan minyak goreng. Dan banyak orang tua yang mengalami krisis tersebut sampai masa tuanya tidak mau makan yang digoreng. Mereka sehat dan panjang umurnya.

Para emak jangan mau menjadi korban minyak goreng. Para emak memiliki kekuatan dan kesempatan untuk memberi pelajaran kepada produsen dan distributor minyak goreng. Bersatulah para emak, serukan boikot penggunaan minyak goreng sementara waktu.

Jika taktik boikot sementara berhasil, maka para pemain yang menggoreng minyak goreng akan berpikir ulang sebelum memainkan permainannya. Kekuatan para emak sebagai pengguna harus digunakan.  Mungkin ide ini terasa sulit melaksanakannya, namun pengalaman orang tua kita dulu perlu ditiru untuk menaklukkan penggoreng minyak goreng ini. Selamat bersatu para emak. Salam sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun