Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pekerjaan Berbeda dengan Studi, Salah Pilih atau Salah Pandangan?

30 Maret 2021   07:53 Diperbarui: 30 Maret 2021   07:56 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pekerjaan Berbeda Dengan  Studi, Salah Pilih atau Salah Pandangan?

Ada seorang adik ipar lulusan jurusan Fisika. Tiba-tiba dia diterima di perusahaan asuransi. Keluarga banyak yang bingung. Termasuk mertua yang tinggal di kampung. Ketika bertemu keluarga, adik  ini diinterogasi gaya keluarga. Kenapa tidak memilih pekerjaan yang sesuai jurusan? Fisika itu keren, kenapa tidak menjadi fisikawan? Bukanklah itu dulu tujuannya?

Sang Adik ini menjawabnya ringan sekali, tidak mau berdebat. "Kita lihat saja dulu. Banyak lamaran yang saya kirimkan, ini yang paling cepat panggilan, yah, diikuti saja dulu," jawabnya.

Waktu berlalu, dia meniti karir di perusahaan asuransinya. Berbagai pendidikan diikutinya sesuai bidang pekerjaannya. Latar belakang bahasa Inggerisnya yang mumpuni. Sebagai pengajar les bahasa Inggeris juga di sebuah lembaga kursus asing yang ada di Indonesia telah membawanya menjadi penting di perusahaan asuransi tersebut. Dia sering mendapat tugas ke luar negeri, karena perusahaannya afiliasi dengan perusahaan asing.

Tak perlu waktu lama. Karirnya menanjak cepat. Dia sudah ikut dalam tim asistensi untuk para direksi. Pekerjaannya sudah seperti asisten direktur. Tiba-tiba dia mendapat tawaran dari perusahaan asuransi lain. Perusahaan itu milik teman bosnya di kantor. Terjadi diskusi menarik di antara mereka. Bosnya menyerahkan pilihan kepadanya.

Dia pindah kantor. Di kantor baru juga karirnya luar biasa. Penugasannya sering ke berbagai daerah dan berbagai negara. Pengetahuannya juga meningkat dengan mengikuti pendidikan dan kursus yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Tiba-tiba dia minta berhenti. Ingin istirahat dulu. Jeda. Rencana mau jeda selama enam bulan. Dia jalan-jalan dan berkeliling ke berbagai tempat yang katanya ingin dikunjunginya, namun tidak sempat, karena tekanan pekerjaannya.

Baru sebulan masa jeda, dia sudah digoda dan dilamar perusahaan untuk  bekerja lagi. Bukan hanya dari dalam negeri saja, bahkan perusahaan dari luar negeri juga ada. Mereka memberikan pilihan. Bisa berkantor di Jakarta atau Singapura. Dia menepis. Bulan kedua, berbagai godaan itu meningkat dan tawaran makin gila-gilaan.

Akhirnya dia menyerah. Dia masuk kerja lagi, tetapi memilih yang ada di Jakarta, karena dia sudah memiliki dua anak yang harus diurusnya juga. Dia termasuk menentukan cara kerja dan waktu kerjanya.

Dalam sebuah pertemuan keluarga, diskusi itu kembali muncul, ketika ada anak-anak dan keponakan yang mau melamar kerja yang tidak sesuai jurusan studi yang dijalani. Sang Adik ini memberikan nasehat berdasarkan pengalamannya.

"Jangan salahkan dirimu dengan pilihanmu. Apakah sesuai studi dengan pekerjaan? Bukan salah jurusanmu, bukan salah pekerjaanmu. Salah pandang saja mungkin itu. Jalani saja dulu," katanya enteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun