Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bupati Lebak Iti Octavia Mau Santet KSP Moeldoko, Gegara Konflik Partai?

9 Maret 2021   12:28 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:48 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bupati Lebak Iti Octavia Mau Santet KSP Moeldoko, Gegara Konflik Partai?

Bupati Lebak Iti Octavia mengancam akan santet Kepala Staf Presiden (KSP). Mengerikan. Kenapa Bupati mau santet KSP? Bukankah mereka sama-sama pejabat pemrintah yang digaji negara dari pajak rakyat? Apa sebab? Oh ternyata gegara konflik di Partai Demokrat.

Iti Octavia adalah Bupati Lebak yang merangkap jabatan sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Banten. Moeldoko sebagai Kepala Staf Presiden yang  menjabat sebagai Ketum Partai Demokrat versi KLB Sibolangit. Sama-sama pejabat pemrintah, sama-sama mengaku satu partai, namun berbeda kubu. Begitu kisahnya.

Apakah Bupati boleh menyerang Kepala Staf Presiden? Tidak boleh sebenarnya. Bupati itu bagian dari pemerintahan negara di daerah. Kabupaten yang dipimpin Bupati adalah bagian integral dari NKRI yang dipimpin oleh Presiden yang dibantu Kepala Staf Presiden. Jadi kenapa Bupati berani melawan dan akan melakukan santet ke KSP? Itu gegara konflik di kubu Partai Demokrat.

Apakah perbedaan pendapat atau kubu di partai boleh menyeret pejabat seperti Bupati Lebak ini dan boleh melawan Kepala Staf Presiden. Ya nggak boleh. Tapi para pejabat kita ini kan merasa bahwa republik ini milik nenek moyangnya, jadi suka-sukanya. Tugas dan fungsi jabatan publik seperti Bupati seakan hanya pelengkap jabatannya di partai. Seakan jabatan partai mengalahkan akal sehatnya untuk mengancam santet KSP.

KSP Moeldoko juga sama. Pengejaran jabatan Ketum Partai Demokrat seakan mengabaikan jabatannya sebagai KSP. Entah angin darimana mendorongnya untuk mengejar jabatan Ketum Partai Demokrat ini. Ambisikah? Godaan kekuasaankah? Dibawah perintahkah? Atau ada setan pembisik yang menjanjikan angin sorga? Padahal setan adalah penguasa dunia kejahatan, bukan penguasa sorga.

Santet, masihkah harus digunakan dalam kekuasaan dan perbedaan pendapat di partai? Kenapa seorang bupati yang digaji negara mau melakukan santet kepada pejabat negara juga? Emosi? Apakah waktu mau menjadi calon bupati tidak diperiksa Kesehatan jasmani dan jiwanya? Atau perlu diperiksa ulang syarat kesehatan ketika mencalonkan bupati? Yang suka emosi, patut diduga ada gangguan kejiwaan. Jika ada gangguan kejiwaan patut diduga tidak sehat. Orang yang tidak sehat tidak boleh menjadi bupati atau pejabat publik.

Calon yang mau disantet KSP Moeldoko pun mungkin perlu juga dicek kesehatan jiwanya. Apakah masih normal atau terdorong emosi kejiwaan juga mau merebut jabatan Ketum Partai Demokrat ini. Sebab sepertinya semua pejabat yang ambisius, kehilangan nalar dan logika harus segera diperiksa kejiwaannya. Mana tahu sudah terganggu, perlu diperiksa ulang.

Kembali ke masalah santet. Apakah santet ini masih ada? Ya adalah, buktinya Bupati Lebak Iti Octavia  ini sudah resmi mengancam KSP Moeldoko yang dituduhnya perampok jabatan Ketum partainya. Maklum ibu bupati ini kan pendukung habis dari Ketum AHY. Loyalis, setia sampai mati, sumpah darah. Sumpah ke negara masih ingat nggak? Sumpah jabatan bupati masih ingat nggak?

Santet, sempat mau dimasukkan dalam Rancangan KUHP yang baru. Namun diduga sulit membuktikannya. Walau santet dalam ilmu perdukunan dan paranormal masih sesuatu yang masih ada dan masih dikuasai para dukun. Apa tujuan santet? Menyakiti atau bahkan membunuh. Bolehkah yang mengancam santet boleh dituntut secara hukum? Boleh.

Salah satu pendiri Partai Demokrat, Hencky Luntungan mengancam akan melaporkan Bupati Lebak yang mengancam santet ke KSP Moeldoko ini. Mengancam dengan santet, sama dengan mengancam akan membunuh. Wow, mengerikan. Kapan dilaporkan, kita tidak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun