Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Demokrat Butuh Problem Solver (Bukan Problem Maker)

9 Maret 2021   06:00 Diperbarui: 9 Maret 2021   06:01 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oke, konsolidasi mantap, partai Golkar berjalan dengan baik. Airlangga aman di kementerian Perekonomian, Bamsoet tetap aman di jabatan Ketua MPR.

Kenapa Golkar bisa melakukan rekonsiliasi di tengah persaingan yang tajam menjelang Munas 2019 tersebut? Padahal sudah sempat partai mau pecah? Ada kedewasaan berpikir dan kematangan berorganisasi. 

Ditambah dengan hal penting, ada problem solver, yaitu Luhut Binsar panjaitan yang bisa mendamaikan Airlangga dan Bamsoet. Menjadi pemecah masalah dan akhirnya masalah selesai. Semua orang happy.

Partai Demokrat kini kisruh dan konflik. Partai Demokrat juga sekarang ini, jika mau selamat membutuhkan Problem Solver, pemecah masalah, bukan problem maker atau pembuat masalah. Siapakah figur yang bisa memecahkan masalah di partai Demokrat sekarang ini? Nyaris tidak ada atau kalau mau jujur mengatakan tidak ada.

Salah satu syarat yang bisa menjadi problem solver adalah, dia tidak boleh menjadi bagian dari problem. Inilah yang sulit dicari di Partai Demokrat. SBY, seandainya dia tidak menjadi bagian dari problem akan bisa memainkan peran sebagai problem solver tersebut. 

Namun sangat disayangkan bahwa SBY adalah bagian dari problem. Penempatan anaknya sebagai Ketum dengan sedikit pemaksaan menjadi faktor konflik dan problem. Posisinya sebagai Ketua Majelis Tinggi yang diciptakan mereka juga menjadi bagian dari problem tersebut.

Salah satu yang diputuskan dalam KLB adalah kembali ke AD/ART 2005 dan menghapus Majelis Tinggi. Kenapa harus dihapus? 

Alasannya adalah Majelis Tinggi bisa memberangus hak dari pemilik suara DPD dan DPC. Walaupun DPD dan DPC sudah sepakat, jika Majelis Tinggi tidak merestui, maka niat atau keputusan DPD dan DPC bisa digagalkan.

Dengan demikian Partai Demokrat tidak memiliki problem solver. Bahkan AHY dan SBY cenderung menjadi problem maker. Tindakan pemecatan terhadap tujuh kader senior menjadi salah satu masalah baru dalam tubuh Partai Demokrat. Pernyataan dan cuitannya yang menuding dan menuduh orang lain seperti Moeldoko juga menambah keriuhan dan persoalan di Partai Demokrat.

Nah pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana  Partai Demokrat menyelesaikan masalahnya tanpa ada problem solvernya? Apalagi kalau SBY dan AHY telah menjadi bagian dari problem tersebut dan bahkan pembuat masalah baru? Yah, mungkin saja tenggelam dalam lautan masalah mereka sendiri.

Mangkanya, Partai Demokrat harus mencari solusi dan problem solvernya sendiri. Kalau tidak bisa seorang figur, ya menciptakan kolektivitas atau kolega atau sebuah presidium. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun