Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peringatan HBII, Bagaimana Mencegah Kepunahan Bahasa Daerah?

21 Februari 2021   08:12 Diperbarui: 21 Februari 2021   09:21 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam konteks menjaga bahasa daerah dari kepunahan, patut kita akui dan hargai usaha dari saudara sebangsa dan setanah air kita Suku Sunda. Pengembangan Basa Sunda bagi siswa, sekolah dan kantor sangat baik.

Kita mengenang seorang yang sangat berjasa bagi penyelamatan bahasa daerah, tokoh kita Ajip Rosidi yang telah meninggalkan kita pada 29 Juli 2020 berumur 82 tahun. Beliau mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancage yang mendorong penyelamatan dan pengembangan bahasa daerah di Indonesia. Bukan hanya bahasa Sunda, namun juga bahasa daerah lainnya.

Yayasan kebudayaan Rancage memberikan penghargaan buku bahasa daerah yang terbit. Salah satu syaratnya, harus ada tiga buku minimal yang diterbitkan dalam satu bahasa daerah yang dikirimkan untuk mendapat penghargaan tahun itu. Setiap tahun dibuat acara penghargaan dan mengingat HBII. Dan pengaruh positifnya , berbagai sastrawan dan penulis dari berbagai daerah menjadi terinspirasi untuk menerbitkan buku berbahasa daerah.

Salah satu adalah bahasa Batak. Seorang sastrawan Batak yang sudah terkenal dengan berbagai novelnya dan sudah ada difilmkan. Beliau beralih dan  terjun ke penulisan Novel Bahasa Batak setelah menjadi sastrawan nasional selama empat puluh tahun. Namanya Saut Poltak Tambunan. Beliau membuat Novel Tetralogi, empat novel berjudul Si Tumoing. Beliau juga mengajak penulis lain untuk bisa melanjutkan penulisan buku dan cerita dalam Bahasa Batak. Berbagai buku diterbitkan dalam bahasa Batak.

Jika alm Ajip Rosidi sudah menorehkan catatan sejarah yang menginspirasi untuk penyelamatan bahasa daerah di Indonesia, bagaimana dengan kita? Saut Poltak Tambunan telah menorehkan sejarah penulisan novel Bahasa Batak dengan Tetralogi si Tumoing, bagaimana dengan kita? Mungkin sudah banyak orang lain menuliskan buku dalam bahasa daerahnya sendiri, namun tidak kita sebut disini, bagaimana dengan kita?

Bagaimanakah nasib 707 bahasa yang ada di Indonesia ini? Apakah ini akan aman atau punah juga? Siapa yang harus menjaganya agar tidak  punah? Apakah cukup upaya penyelamatan ini kepada pemerintah? Bagaimana kalau pemerintah hanya mengutamakan pembinaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan?

Kita sebagai bangsa yang memiliki 707 bahasa dan sepersepuluh dari bahasa yang ada di dunia harus bangga. Bahasa daerah yang beragam ini adalah anugerah dari Sang Pencipta yang harus kita jaga. Jika ini punah, maka kita telah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab atas anugerah dari Sang Pencipta kita.

Bagaimana cara mencegah kepunahan Bahasa Daerah sebagai anugerah dari Sang pencipta ini? Sederhana saja. Ayo kita gunakan bahasa ibu, bahasa daerah kita di rumah kita. Mari kita ajarkan anak-anak kita berbahasa daerah. Para ibu-ibu harus mengajarkan anaknya bahasa ibunya sejak dari kandungan, ketika lahir, berkembang sebagai anak, remaja dan pemuda. Lanjutkan  ke lingkungan keluarga yang lebih besar.  Sesudah itu dilanjutkan ke komunitas suku kita.

Keluarga adalah tempat penyemaian, pengembangan dan sekaligus penjaga bahasa ibu, bahasa daerah. Jika setiap keluarga, setiap ibu menuturkan dan mengajarkan bahasa daerahnya kepada anaknya, maka bahasa daerah itu akan aman. Tidak akan punah.

Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional mengingatkan itu kepada kita. Penetapan 21 Pebruari sebagai HBII hendaknya kita sadari sebagai peringatan dari UNESCO PBB kepada kita agar kita mencegah kepunahan bahasa ibu kita. Hormati ibumu dengan menjaga dan memelihara bahasa ibumu. Itu cara efektif mencegah kepunahan bahasa ibumu. Ayo kita mulai hari ini. Semoga.

Selamat Hari Bahasa Ibu Internasional 21 Pebruari.

Salam hangat.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun