Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Moeldoko dan AHY, Kenapa Nggak Ngopi Bareng?

4 Februari 2021   22:57 Diperbarui: 4 Februari 2021   23:28 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu kudeta belum habis-habis juga. Kok panas sekali ya. Seperti kurang kerjaan saja semua yang membicarakannya, termasuk penulis yang menulis ini mungkin ya. Rasanya kurang enak badan kalau tidak ikut nimbrung topik hangat yang bakal tenggelam sebentar lagi ditimpa berita lain yang lebih hangat lagi.

Moeldoko di akun Facebook mengatakan, "Aku yang ngopi-ngopi kok ada yang grogi." Wah ini jenderal yang satu ini memang. Orang sudah kebakaran jenggot dan jingkrak-jingkrak seperti kesurupan, beliau masih enteng mengatakan bahwa dia ngopi-ngopi saja, kok ada yang grogi. Sudah pasti grogilah pak jenderal. Laporan anak buah, jenderal mau mengkudeta.

Memang lucu juga ya. Biasanya menurut kebiasaan bernegara, para jenderal atau militer mengkudeta presiden atau perdana menteri seperti yang terjadi di Myanmar. Atau mayor mengkudeta jenderal. Dalam cerita film Naga Bonar, Kopral melawan jenderal. Pangkat kopral tapi gaya jenderal. Demikian juga sebaliknya. Ini kok jenderal mau mengkudeta mayor. Aneh bin ajaib.

Kalau betul Moeldoko hanya ngopi-ngopi, kenapa para petinggi PD sewot. Bahkan Andi Mallarangeng juga sudah ikut bicara menyebut ada restu pak Lurah. Macam hebat kalilah PD ini harus diambil alih dengan restu Pak Lurah. Lurah yang mengeluarkan KTP buronan yang di Jakarta Selatan itu kali ya.

Sebenarnya masalah ini bisa disederhanakan. AHY mengajak Moeldoko ngopi bareng. Atau sebaliknya, Moeldoko ngajak AHY ngopi bareng. Tempatnya bolehlah disepakati. Mau ke rumah Moeldoko boleh juga. Asal jangan bawa wartawan lalu nanti di sana buat konprensi pers lagi.

Memang ngopi-ngopi ini sangat penting. Jika bisa ngopi-ngopi dengan santai, apalagi sesama lelaki, memang sangat nikmat. Apalagi bagi perokok, ngopi-ngopi sambil bicara ngarol ngidul di situasi pandemi covid-19 ini penting. Tetapi tetap menjaga jarak dan pakai masker ya.

Istana tak berkenan menjawab surat AHY, lalu bagaimana dong? Katanya itu masalah internal partai. Tak perlu dijawab, demikian menurut Menteri Sekretaris Negara. Sudah Konprensi pers mengumumkan isu kudeta, eh, Moeldoko bilang hanya ngopi-ngopi. Lha, ini apaan sih.

AHY sudah semangat dalam konprensi pers dan membuat surat, kok respon Moeldoko dan Istana seperti nyeleneh gaya Jawa. Biarpun AHY masih muda dan terakhir berpangkat Mayor, seharusnya Moeldoko menghargailah sedikit. Walau seperti itu, AHY itu sudah pernah ikut Pilkada memperebutkan DKI-1 Jakarta. Dan dia masih muda. Masih memiliki harapan menjadi pemimpin masa depan. Mana tahu satu waktu bisa menjadi menteri atau bahkan presiden. Siapa tahu nasib orang.

Pertanyaannya, kenapa ya, Moeldoko dan istana bersikap begitu. Pernyataan AHY dalam konprensi pers yang terlalu bombastis? Suratnya yang salah kaprah dan salah kirim? Seharusnya ke mana dikirim? Ke Menkumham yang biasanya mengeluarkan SK DPP Partai Politik? Kan bisa didisposisi supaya Menkumham yang jawab. Tetapi kalau tidak dijawab, surat itu dianggap apa ya?

Wah ini sangat memilukan bagi AHY. Serba salah nih. Sekiranya tidak diungkap ini, kejadian seperti Partai Berkarya yang dikudeta melalui Kongres Luar Biasa, bagaimana? Ini diungkapkan supaya jangan memilki nasib seperti Partai Berkarya dan Tommy Soeharto, eh malah dijawab nyeleneh dengan alasan hanya ngopi-ngopi. Surat tak dijawab. Lalu bagaimana nih ujungnya?

Mangkanya, disederhanakan saja persoalannya. Ayo,  AHY dan Moeldoko ngopi bareng aja. Sambil diskusi tentang negara yang sedang menghadapi pandemi Covid-19. Angka yang terpapar naik terus. PPKM tidak efektif, bagaimana mengefektifkannya? Apa yang bisa dilakukan partai politik untuk ikut serta menuntaskan kasus Pandemi Covid-19 ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun