Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sang Kotak Kosong

16 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 16 Oktober 2020   06:56 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Emangnya Kotak kosong ini peserta pemilihan, makanya ada dalam kertas surat suara?" tanya Sang Cucu.

"Ya, dia menjadi salah satu pilihan, supaya memenuhi syarat sebagai suatu pemilihan," jawab Sang Kakek.

"Kalau dia bisa dipilih, kalau kotak kosong menang, berarti kotak kosongnya menjadi kepala daerah?" tanya Sang Cucu.

"Bukan kotak kosongnya yang menjadi kepala daerah. Tapi kepala daerah menjadi kosong," jawab Sang Kakek.

"Lho, bagaimana kelanjutan daerah tersebut? Padahal Pilkada dilakukan di era pandemi demi adanya kepastian hukum dan adanya kepala daerah yang tetap dan bisa mengambil keputusan strategis," kata Sang Cucu.

"Peraturan mengatur juga mengisi kekosongan tersebut. Karena satu-satunya calon yang ikut Pilkada tersebut ternyata tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat yang ikut pemilihan tersebut. Yang menentukan kepala daerah adalah pilihan rakyatnya. Menteri Dalam Negerilah yang berwenang mengangkat Pejabat Sementara atau pelaksana Tugas sampai ada pilkada berikutnya," jawab Sang Kakek.

"Berarti bukan hasil Pilkada dong yang menentukan kepala daerahnya," kata Sang Cucu.

"Ini kan hasil Pilkada. Memilih kotak kosong. Kotak kosong diisi oleh Menteri Dalam Negeri sesuai peraturan hukum mengisi kekosongan tersebut," kata Sang Kakek.

"Kenapa sih kok sampai terjadi satu pasangan calon dan ada Kotak Kosong tersebut kek?" tanya Sang Cucu.

"Ini bisa terjadi karena adanya keinginan seseorang kepala daerah untuk memborong partai politik sebagai kendaraannya dalam rangka menjegal kompetitornya. Dengan memborong partai, maka sebagai calon satu-satunya dia berharap akan terpilih menjadi kepala daerah. Bisa juga karena terjadi kartel politik atau kesepakatan para penguasa partai politik untuk menetapkan calon tunggal agar mereka lebih mudah memenangkan dan bisa mengklaim kemenangan tersebut. Tidak ada yang kalah. Dan semua ikut ambil bagian," jelas Sang Kakek.

"Siapa yang kampanye dan membiayai kampanye untuk terpilihnya kotak kosong tersebut?" tanya Sang Cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun