Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Irma Nasdem Vs Novel PA 212, Siapa yang Mau Diganyang?

6 Juli 2020   08:08 Diperbarui: 6 Juli 2020   08:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Irma Nasdem vs Novel PA 212, Siapa Yang Mau Diganyang?

Ketika Presiden Soekarno dulu menggunakan kata "ganyang Malaisya" maka gemuruhnya di seluruh Indonesia menggema. Dan Malaisya sangat ketakutan, bahkan sampai sekarang.  Malaisya masih trauma dengan hal tersebut dan sebenarnya mereka tetap melakukan maneuver agar Indonesia tidak lebih maju dari mereka.

Lalu ketika PA 212 dan gerombolannya mengatakan "ganyang PKI" melalui juru bicaranya Novel PA 212, Irma Nasdem menanyakan, "siapa yang mau diganyang?"

Perdebatan menjadi menarik. Siapa yang mau diganyang? Katanya PKI? Dimana adanya PKI itu? Dimana sekretariatnya? Kalau mengatakan PKI, itu singkatan dari Partai Komunis Indonesia. Apa dasar partainya, siapa pengurusnya dan kemana kita kalau mau mengirim surat ke partai itu?

Atau PKI itu hanya dalam angan-angan dan mimpi buruk dari pemesan demo ganyang PKI? Apakah tuduhan dalang demo RUU HIP kepada anak mantan penguasa masa lalu itu hanya isapan jempol? Walau foto yang beredar dalam cek fakta diragukan dan tidak berhubungan, lalu bisa kita simpulkan itu hoaks?

Sindiran Irma Nasdem tentang siapa yang mau diganyang patut juga kita dengar. Mengganyang itu harus jelas siapa, dimana, kapan dan bagaimana cara menganyangnya. Kalau masih dalam bentuk mimpi dan pikiran, atau bahkan hanya bagian dari ilusi masa lalu, bagaimana kita mengganyangnya?

Penjelasan PA 212 tentang gejala PKI sudah muncul lagi patut kita pertanyakan. Mulai bangkitnya lagi ideologi komunis tidak sama dengan bangkitnya PKI. Ideologi komunis bisa merayap dalam hati dan pikiran orang. Kalau PKI itu partai, harus ada wujudnya.

Itulah mungkin dasar dan alasan Poyuono mengatakan bahwa isu kebangkitan PKI itu tidak ada. Isu Kebangkitan PKI hanya dimainkan kadrun. Mungkin sejalan dengan sindiran Irma Nasdem. Kalau apa yang disindir Irma Nasdem dan apa yang dikatakan Poyuono ini benar, lalu yang mau diganyang itu siapa?

Saran kita mungkin ke Novel PA 212 bisa lebih banyak diskusi dengan Sekjen FPI yang menggantinya, untuk bisa berdiskusi secara hukum tentang fakta dan apa bedanya dengan gejala. Gejala menggeliatnya lagi komunis dengan fakta kebangkitan PKI itu sungguh sangat berbeda. Gejala dengan fakta bisa beda jauh seperti langit dan bumi.

Jadi carilah faktanya, dimana PKI itu dibentuk, siapa pengurusnya, dimana sekretariatnya, apa programnya, biar semua kita tahu dan ikut memberangusnya. Karena PKI sudah dinyatakan sebagai partai terlarang. TNI Polri tidak mungkin membiarkan PKI kembali berkembang.

Masalah PKI sudah diselesaikan di masa Orde Baru. Sudah dikikis. Ideologi tidak pernah bisa dibunuh, namun mewujudkannya dalam sebuah partai yang bernama PKI itu mimpi. Tidak mungkin partai itu bisa mendapat pengesahan dari negara. Kalau paham dan ideologinya, bagaimana? Itu bertentangan Pancasila, kita juga tidak akan memberikan kesempatan untuk ditumbuhkembangkan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun