Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paspor Hilang, Delegasi Tegang dan Pertolongan Datang

18 Juni 2020   08:45 Diperbarui: 18 Juni 2020   08:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Paspor Hilang, Delegasi Tegang Dan Pertolongan Datang.

Catatan dan kenangan Delegasi Indonesia dalam acara ASEAN WEEK, Seoul, 14-16 Juni 2019 (Seri-4).

Ketika kita mengikuti tour ke luar negeri dengan perusahaan travel, tour leader dalam pengatahan awal selalu mengingatkan penting paspor. Para tour guide dimanapun kita mengikuti setiap mengikuti tour selalu menyampaikan pentingnya paspor. Sering dicandain bahwa paspor lebih penting dari isteri atau suami yang ikut dalam rombongan.

Menurut kita terkadang ucapan itu berlebihan. Mungkin. Namun kalau kita alami kehilangan paspor, barulah kita menyadari betapa pentingnya paspor jika sedang berada di luar negeri. Itulah yang kami alami juga pengalaman delegasi Indonesia ke Seoul Korea dalam acara ASEAN WEEK tahun lalu.

Sehabis acara pengarahan di Kantor Sekretariat ASEAN Korea Centre, kami diantarkan ke hotel. Kami belum bisa chek-in karena  bisa check-in jam 14.00 waktu setempat. Aturannya sangat ketat. Jadi kami diberi tempat di sebuah lantai semacam lobby khusus. Kami duduk di meja dan kursi yang disediakan.

Saya sebagai pimpinan delegasi mengambil peranan seperti tour guide yang selalu cerewet soal paspor seperti yang diutarakan di awal tulisan ini. Tiba-tiba seorang anggota delegasi melapor, paspornya hilang. Semua kaget. Kebetulan ibu si anak ini juga ikut dalam rombongan sebagai penari. Ibunya marah-marah. Semua tas dan ranselnya diperiksa. Tidak ada. Ditanya delegasi yang lain, tidak ada. Positif hilang.

Ibunya dan anggota delegasi mencoba mengingat dimana kira-kira jatuh atau hilang. Ditanya kantor ASEAN Korea Centre tidak ada paspor ditemukan. Ditanya bus yang membawa rombongan dari bandara, tidak ada. Ditelepon ke bandara, tidak ada. Delegasi tegang. Padahal sore ini akan latihan panggung dan general repetisi (GR). Suasana hati tidak enak.

Sebagai ketua delegasi saya berusaha tenang dan tidak memberi komentar, apalagi ikut tegang. Seorang anggota delegasi penari sekaligus koreografer yang duduk satu meja dengan saya berucap, "ito bisa tenang ya, padahal kita semua sudah tegang," katanya.

Apa mau dikata, sudah hilang, mau dicari dimana? Sudah semua ditanyakan, tak ada jawaban. Nikmati saja ketegangan itu, pikirku. Tapi itukah yang membuat saya tenang? Bukan itu. Namun ada cerita di balik ketenangan saya di tengah ketegangan delegasi tersebut.

Seminggu sebelum keberangkatan, kami membuat acara doa bersama mengundang semua sahabat dan handai tolan, relasi gereja untuk mendoakan kami. Sekaligus kami latihan terakhir dengan mempertontonkan apa kira-kira yang mau dibawa ke acara ASEAN WEEK tersebut. Seperti GR sebelum berangkat.

Salah seorang sahabat dan kerabat jauh yang dari pergaulan kami sangat dekat menyampaikan kabar bahwa dia tidak bisa hadir acara doa pemberangkatan tersebut. Tapi ada saudaranya bekerja di KBRI Seoul. Sudah dimintanya untuk bisa membantu kami jika ada kesulitan di Seoul Korea. Beliau memberikan nomor WA nya. Saya mencoba menghubungi, namun tidak ada jawaban.

Tak lama berselang, saya dihubungi dari Korea dengan telepon  WA. Kami mengobrol dan kenalan. Rupanya sahabat dan kerabat jauh saya tersebut, merupakan tokoh dalam keluarga mereka. Jadi permintaan untuk membantu kami dianggapnya sebagai perintah.

"Yang membawa rombongan ini amang boru kita, ini orang baik dan peduli budaya, kau bantu habis selama di Korea. Jangan sampai ada keluhan atau kesulitan," demikian perintah itu disampaikan. Mereka memanggil saya amang boru, dan saya memanggil mereka tulang. Filosofi Dalihan Natolu orang Batak.

Dalam acara ngobrol tersebut, kusampaikan bahwa saya ingin mengirimkan melalui WA fotocopy paspor semua peserta delegasi. Juga surat tugas dari kementerian, surat undangan dari ASEAN Korea Centre dan segala dokumen. Sekedar antisipasi dan jaga-jaga. Semua sudah ada arsipnya di WA staf KBRI Seoul, Korea Selatan.

Semua proses perjalanan kami mulai dari persiapan di Bandara Soetta, saya infokan. Setiba di Seoul sampai kami di hotel saya kordinasi. Nah ketika paspor ini hilang, saya laporkan juga. Lalu keluar petunjuk. Disuruh lapor ke kantor polisi terdekat, dibawa ke KBRI, nanti akan diurus. Makanya saya tenang sebagai ketua delegasi.

Saya meminta penerjemah dan pendamping kami seorang mahasiswi Korea jurusan Studi Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia membantu mengurus tanda lapor ke polisi setempat. Mereka pergi mengurusnya dan menurut laporan ibu anak yang kehilangan paspor, pelayanan polisi di sana  sangat luar biasa. Saya tidak bisa ikut, karena harus mengurus latihan dan GR.

Di kantor polisi mereka disambut hangat dan dilayani cepat. Tidak lebih sepuluh menit, mereka sudah keluar dan urusan beres. Mereka mengantarnya ke KBRI. Dikira masih melalui birokrasi yang rumit. Ternyata yang melayani adalah staf yang sudah saya kordinasi sejak seminggu sebelum keberangkatan ke Korea. Sangat cepat urusannya, hanya saja pejabat yang menandatangani pengganti paspor sedang ke luar kota. Nanti pengganti paspor akan diantar.

Pengganti paspor tersebut benar-benar diantar oleh staf KBRI tersebut. Luar biasa pelayanannya. Katanya kami beruntung karena sedang menjalankan tugas bangsa dan negara sebagai delegasi Indonesia, jadi semua dipermudah. Kedua, karena mereka sudah mendapat fotocopy semua dokumen delegasi, jadi tidak perlu lagi fotocopynya. Pertolongan itu datang dan sangat menggembirakan. Kami tampil tanpa ketegangan lagi.

Ternyata di luar negeri, kekerabatan, persaudaraan dan rasa saling membantu sesama  warga negara Indonesia sangat terasa dan lebih kuat dari biasanya. Bangga menjadi orang Indonesia dan bangga menjadi delegasi Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di luar negeri.

Tidak hanya menolong ketika paspor hilang. Rupanya mereka dari staf KBRI dan komunitas masyarakat Indonesia di Korea datang menonton pertunjukan dari delegasi Indonesia. Mereka senang seakan berada di tanah air Indonesia. Pelepas rindu ke tanah kampung halaman, Indonesia. Dan mereka menanyakan para penonton bagaimana penampilan delegasi Indonesia. Mereka juga bangga karena penonton, para orang Korea senang dengan musik yang kami tampilkan.

Hidup Indonesia, Wonderful Indonesia. Paspor hilang, delegasi tegang, dan  pertolongan datang. Persaudaraan dan bantuan KBRI membuat sukacita datang.

Selain hal-hal yang disebutkan diatas,  satu lagi pesan moral dari tulisan ini, jika pergi ke luar negeri, jagalah paspor jangan sampai hilang. Nanti tegang, bisa buyar dan ambyar sukacita perjalanan. Semoga paspor tidak ada yang hilang lagi.

Terima kasih dan salam.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun