Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Napi Asimilasi, Kenapa Masuk Lapas Lagi?

26 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:02 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

   "Bukan pak, kita harus berpikir rasional. Jangan termakan isu dan gosip yang sesat, apalagi hoaks. Tahu bapak ada apa dibalik ini?" tanya cucu.

   "Tidak tahu, emangnya ada apa?" tanya pak Tatan.

   "Menurut bapak, siapa yang membuat video dari ceramahnya yang provokatif itu? Siapa yang membuat itu viral?" tanya cucu.

   "Tidak tahu," jawab pak Tatan.

   "Ada dugaan, ini dilakukan oleh teman dan pendukungnya. Organisasi mereka ini sekarang sedang mengalami kekosongan pemimpin, karena pemimpinnya belum kunjung pulang. Padahal sudah berapa kali lebaran nggak bisa pulang.  Nah, ada sebagian yang ingin menjadikan napi ini menjadi pemimpin masa depan organisasi mereka. Namun dari kalangan senior yang menganggap diri lebih layak menjadi pimpinan ini merasa terganggu dan ingin menggagalkan napi ini menjadi pemimpin masa depan," kata cucu.

   "Itu kan bisa gosip juga," kata pak Tatan.

   "Namanya dugaan pak. Tapi ini sudah ada laporannya  pak. Kita anggap dugaanlah. Tapi terlepas dari dugaan itu, asimilasi dicabut karena syarat dan ketentuannya dilanggar," jelas cucu.

   "Jadi bukan ditangkap lagi kan?" kata kakek menimpali yang dari tadi menjadi pendengar yang baik.

   "Betul. Seratus untuk kakek," kata cucu sambil tersenyum.

   "Makanya, sesuaikanlah perkataan dengan status. Kalau napi asimilasi, penuhi syarat dan ketentuannya. Berbeda kalau sudah bebas dan telah menjalani seluruh masa hukumannya. Jadi napi asimilasi itu belum bebas. Masih harus ditahan di Lapas. Jadi dia bukan ditangkap lagi, tapi mengembalikannya ke Lapas sebagaimana mestinya. Karena tempatnya masih harus di Lapas sampai habis masa waktu tahanan sebagaimana dijatuhkan pengadilan terhadapnya," kata kakek.

Oh, manusia, masih napi asimilasi, merasa sudah bebas. Dicabut asimilasi, dimasukkan ke Lapas, dibilang ditangkap lagi. Tempatnya memang masih di Lapas. Diberikan asimilasi oleh pemerintah, berterima kasih kepada junjungan di pengasingan.  Tidak tahu berterima kasih kepada pemerintah, malah menghujat. Ah, semua serba salah, gumam kakek. Sekian dulu.

Terima kasih. Salam dan doa.

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun