Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Orator Cilik

8 Mei 2020   22:46 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:43 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak begitu lama dia sudah muncul dengan baju putih lengan panjang dan lengannya digulung, seperti gaya presiden saja.

Rekaman pidato dimulai. Sang kakek merekam dengan Smartphonenya.

"Bapak Presiden yang terhormat, perkenankanlah saya menyampaikan pidato sebagai anak cilik Indonesia yang mencintai negeri ini dari lubuk hati yang dalam dan tulus. Minggu lalu seorang sahabatku gadis cilik telah menyampaikan pidato tentang lockdown dalam bahasa Inggris. Kali ini saya menyampaikan pidato ini dalam bahasa kebangsaan kita yang diikrarkan pada waktu Soempah Pemoeda tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia. Perlu bapak Presiden tahu bahwa saya jago berbahasa Inggeris. Nilai TOEFL saya sudah mencapai 500. Mungkin bahasa Inggris saya lebih baik daripada mereka. Dalam kesempatan ini saya berbicara dengan Presiden RI dan menteri-menterinya, maka saya memakai bahasa resmi bangsa kita, bahasa Indonesia. Tidak sok memakai bahasa Inggris,"

   "Jangan panjang-panjang, singkat saja," kata kakek berbisik.

   "Saya menyampaikan pendapat saya agar bangsa kita jangan diberlakukan Lockdown. Kenapa? Pertama, mental bangsa kita masih buruk. Kalau Lockdown diberlakukan dan dilakukan pembagian pangan kebutuhan pokok, maka yang duluan antri adalah orang yang mampu membeli makanan,  karena gratis dari negara dan semua akan berlomba. Tak  ada rasa malu sebagai orang yang berpunya. Kedua, pembagiannya akan rusuh sebab cebong dan kampret akan berebut dan berantam tak karuan. Kerusuhan akan terjadi. Sudah banyak yang mengintip untuk melakukan kerusuhan. Ini kesempatan baik bagi mereka. Ketiga, belum ada negara di dunia ini yang sukses dengan Lockdown, malah rusuh. Dengan alasan itu, saya menyampaikan pendapat jangan Lockdown pak presiden. Itulah pikiran saya yang sederhana  sebagai orang cilik yang mencintai bangsa ini dan  bapak presiden.

Kami mendoakan bapak presiden sehat-sehat selalu dan tetaplah fokus memimpin bangsa ini. Jika ada yang menggoda bapak menjadi penyanyi atau mencipta lagu atau membuat album, jangan pernah mau bapak presiden. Tugas presiden adalah memimpin negara, bukan menyanyi atau menciptakan lagu. Biarlah itu dikerjakan para penyanyi dan pencipta lagu kita. Demikian pidato ini saya sampaikan atas perkenan bapak presiden, kami sampaikan banyak terima kasih. Kalau ada yang salah, mohon dimaafkan.

Seperti pepatah kakekku, ramba naposo na so tubuan lata, hami naposo naso umboto hata. Artinya kami yang masih muda belum paham berkata-kata. Hanya seperti inilah pidato kami pagi ini. Sekali lagi terima kasih. Horas Bapak Presiden."

Kakek tepuk tangan dengan seru.

   "Oke, pidato segera kita kirimkan ke presiden," kata kakek.

   "Dan tidak boleh diunduh ke media sosial atau media cetak," kata cucu.

Pidato dijawab dengan pidato, tidak perlu sindir-menyindir, tak perlu nyinyir, saling mengerti, tak perlu ke polisi, anak cilik dijawab anak cilik, luar biasa ide cucuku ini, gumam kakek.

Terima kasih. Salam dan doa

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun