"Kenapa kakek berdiam cukup lama dan tidak mau minum kopinya?" tanya cucu melihat kakeknya terdiam.
  "Kakek lagi sedih," jawab kakek.
  "Kenapa sedih? Apa gerangan yang terjadi?" tanya cucu lagi.
  "Seorang seniman yang baik hati pergi untuk selamanya. Donisius Prasetyo alias Didi Kempot," jawab kakek.
  "Oh, yang waktu itu konser dari rumah yang ditonton kakek sampai larut malam ya?" tanya cucu.
  "Ya. Dan sangat mengharukan. Seniman sejati yang peduli. Dia membuat konser itu bukan cari uang untuk dirinya, namun untuk membantu pemberantasan Covid-19. Kalau penyanyi buat konser untuk kepentingan dirinya itu biasa. Namun ini luar biasa," kata kakek.
  "Kalau begitu dengan ini saya sampaikan turut berduka atas meninggalnya penyanyi idola kakek ya," kata cucu sambil menyalam kakeknya.
  "Terima kasih," kata kakek membalas.
  "Berapa banyak sih hasil konser dari rumahnya beliau itu kek? Kok sepertinya heboh?" tanya cucu.
  "Berapa miliarlah. Tapi bukan jumlah itu yang penting. Hati yang peduli. Dia menggunakan talenta sebagai penyanyi yang dianugerahkan Tuhan kepadanya untuk menolong orang lain. Melawan Pandemi Covid-19. Itu yang paling berharga. Bukan jumlah uangnya. Niat yang baik, motivasi yang tulus dan ingin membantu sesama, itulah yang paling kita kagumi dari beliau. Sampai satu stasiun  TV membuat siaran langsung dengan persiapan hanya seminggu. Hebat. Luar biasa," kata kakek.
  "Begitu ya kek. Hebat....!" kata cucu sambil tepuk tangan.