Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihan dan Tekad Sang Guru.

2 Mei 2020   14:49 Diperbarui: 2 Mei 2020   14:39 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu,....

Kaumku dipuji dan dipuja, diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa, gaji tak seberapa, mengabdi kemana-mana, hidup menderita, lupakan saja. Tugas di pundak memerangi kebodohan, menumpas buta huruf. Pukulan belebas panjang,  membuat murid cerdas berkembang, tak ada protes orang-orang. Murid patuh dan disiplin, budi pekerti dan perilaku terjaga,  karakter super pejuang tangguh tercipta.

Kini,.....

Kaumku banyak dicaci dan dimaki, diseret ke penyidik karena belebas berlalu ke anak, Orang tua murid mengancam, Komisi Perlindungan Anak menginterogasi, Penggiat HAM memprotes. Media dan medsos menghakimi. Murid bermanja dan tak displin seakan tak bisa disentuh, menjadi bodoh dan nakal, namun kaumku yang disalahkan dan harus kena murka . Murid kencing berlari, kaumku guru disalahkan karena kencing berdiri. Kenapa tidak orang tua kencing berdiri, anak kencing berlari? Kaumku masih banyak guru honorer sampai tua, kapan status guru honor berakhir, tak ada jawaban, bahkan secuil asapun tak ada.

Kelak,...

Apakah kaumku masih bisa berdiri di depan murid di kelas? Ataukah akan diganti guru online? Apakah kami masih bisa memberikan kecerdasan alami,  melawan kecerdasan buatan yang disodorkan teknologi?

Lalu....?

Ah,..ah,...kenapa kaumku harus bertanya? Kenapa harus mengeluh? Kenapa harus merintih?

Masihkah ada telinga yang mendengar kaumku? Atau semua sudah tuli atau pura-pura tuli? Adakah para pejuang membela nasib kaumku? Mana caleg yang dulu berjanji? Mana Kandidat Pilpres yang dulu menggebu? Dimana mereka? Atau sudah tertelan gempa bumi dan tsunami? Atau dimangsa virus corona? Apakah kami harus pasrah dan menyerah? Tidaaaaakkkkkkk.....!!!!

Biarlah gelombang kesulitan hidup tak berhenti menggulung kaumku, biarlah getir hidup kekurangan menerpa hidup kaumku, biarlah tanpa hormat dan tanpa apresiasi melanda kaumku, biarlah kaumku harus masuk jeruji, biarlah..dan biarlah... namun tekad kami sebagai guru tetap bergelora di hati, tanpa suara.

Ayo mengajar, ayo mendidik, ayo membangun karakter bangsa, ayo...ayooo...segera bangkit! Ingat Para pendiri bangsa kita berseru dan merumuskan Konstitusi kita. Memberi amanat kepada kita. "MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun