Mohon tunggu...
Alda Agustiansih
Alda Agustiansih Mohon Tunggu... Mahasiswa - “Jika etika tidak dihormati dan ditegakkan dengan profesionalisme yang kaya integritas, maka keadilan dan ketertiban di organisasi menjadi berantakan.”~Djajendra

“Jika etika tidak dihormati dan ditegakkan dengan profesionalisme yang kaya integritas, maka keadilan dan ketertiban di organisasi menjadi berantakan.”~Djajendra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik Anak Menjadi Manusia Berkarakter

11 November 2021   13:48 Diperbarui: 11 November 2021   13:59 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Karakter anak tidak terlepas dari bagaimana pendidikan dan pola asuh orangtua dirumah. Karakter anak dibentuk dari apa yang dipelajarinya dirumah dalam keluarga, disekolah dan dimasyarakat sekitar. Ketiga lingkungan tersebut merupakan sistem. Seorang anak tidak akan memiliki karakter yang baik apabila salah satu dari ketiga lingkungan tersebut bermasalah. Sekolah yang kondusif falam penyampaian pendidikan karakter tidak akan efektif membentuk karakter anak jika situasi di rumah tidak kondusif dan terjadi kekosongan atau krisis moral dimasyarakat. Anak yang bersal dari keluarga yang baik berpotensi rusak karakternya, jika dilingkungan sekolah kacau dan lingkungan bergaul salah, begitu juga dengan kondisi di masyarakat yang tidak saling mendukung (bersinergi) dalam penyampaian karakter anak. Oleh karena itu pembudayaan dan pemberdayaan menjadi hal sangat penting untuk dilaksanakan secara bersama. proses pembudayaan yang di lakukan oleh pihak luar terhadap anak sesungguhnya sebuh intervensi.

kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif maupun prilaku. Akan kitas jelaskan ketiga pola asuh orangtua tersebut yaitu:

1. Authotarian (otoriter)

Pola asuh tipe ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orangtua kepada anak. Anak harus menurut kepada orangtua, kemauan orangtua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptasi, kurang tujuan, mudah curiga kepada orang lain dan mudah stress.

2. Permisif

Pola asuh tipe ini dimana orangtua serba memperbolehkan anak berbuat apa saja. Orangtua memiliki kehangatan dan menerima apa apa adanya. Kehangatan disini cenderung memanjakan dimana setiap kemauan anak selalu dituruti. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apasaja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orangtua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah.

3. Authoritative

orangtua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai control diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi. Pola asuh orangtua mempengaruhi perilaku anak.

Karakter anak dibentuk dari apa yang dipelajarinya dirumah, dalam keluarga, disekolah dan di lingkunagan masyarakat sekitar. Anak yang berasal dari keluarga yang baik berpotensi rusak karakternya jika lingkungan sekolahnya kacau dan lingkungan bergaulnya salah. Begitu juga dengan kondisi dimasyarakat yang tidak saling mendukung (bersaing) dalam penyampaian karakter anak. Untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai karakter pada anak dibutuhkan adanya pembiasaan dari orang-orang sekitar anak. Nilai-nilai karakter yang ditamankan dapat merujuk nilai karakter dikembangkan Lickona dan sistem among yang dikembangkan Ki Hajar Dewantara. Menurut Lickona, pendidikan karakter ditanamkan melalui kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku).

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, sistem among merupakan metode pembelajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedivcation based on love). dengan memadukan pembiasaan berbagai nilai-nilai karakter positif yang ada, diharapkan penanaman nilai karakter pada anak akan lebih optimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun