Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Jakarta Post Beritakan Jokowi di Usir Puan Maharani

13 April 2014   05:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 16145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sabtu ini begitu banyak kejadian mengejutkan pasca pileg 9 April 2014. Diantara berbagai kejadian tersebut yang menjadi misteri adalah kebenaran berita dari Jakarta Post yang menyebutkan bahwa Jokowi diusir oleh Puan Maharani dari rumahnya beberapa jam setelah hasil perhitungan cepat diumumkan yang menempatkan PDIP diposisi pertama tapi dengan jumlah suara lebih kurang 19%.  Sangat jauh dari target semula 30% suara.

Seperti dikutip dari Jakarta Post (12 April 2014)  sebagai berikut:

A source within the PDI-P, who wished to remain anonymous, said a heated debate had ensued inside the house between rival supporters of Jokowi on the one hand and Megawati’s daughter, Puan Maharani, who is head of the party’s general election division, on the other.

Both camps, according to the source, started pointing fingers and played the blame game.

“Puan then told Jokowi to leave. She was very disappointed, as she had expected Jokowi’s popularity to help the PDI-P win at least 30 percent of the vote, paving the way for her to become the party’s
vice presidential candidate later on,” the source said, adding that Megawati had broken down in tears during the debate.


dari kutipan tersebut dijelaskan, berdasarkan sumber dari internal PDI-P yang tak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa telah terjadi perdebatan sengit di rumah Megawati. Perdebatan mengenai penyebab tidak tercapainya target suara tersebut terjadi antara putra Megawati Prananda Prabowo yang mendukung Jokowi dan Putri Megawati Puan Maharani yang "kurang" mendukung Jokowi menjadi capres. Jokowi yang hadir pada saat itu diminta Puan Maharani untuk meninggalkan rumahnya. Puan Maharani sangat kecewa karena perkiraannya dari awal popularitas Jokowi akan menaikkan suara PDIP setidaknya 30%, dengan demikian akan mengantarkannya maju menjadi wakil presiden mendampingi Jokowi. Disebutkan juga Megawati menangis melihat perseteruan kedua anaknya tersebut.

Jokowi sendiri pada wartawan ketika meninggalkan rumah Megawati wajahnya terlihat tegang dan mengangkat bahunya kepada wartawan. Jokowi mengatakan walau hasilnya jauh dari target, PDIP tetap mensyukuri kemenangan tersebut dan berterimakasih atas dukungan yang diberikan.Tanggapan Jokowi berbeda saat ditanya wartawan dikediamannya, kala itu Jokowi mengaku kecewa dengan hasil perolehan suara tersebut.

Setelah berita dari Jakarta Post tersebut, tak menunggu lama terbitlah berita bantahan dari PDIP mengenai kejadian tersebut. Salah satunya dari Tribunnews.com , bantahan itu datang dari politisi PDIP Eva Kusuma Sundari yang mengatakan kejadian tersebut tidak benar. Eva sudah mengkonfirmasi kepada Jokowi dan dari Jokowi diketahui bahwa  Puan Maharani tidak hadir pada pertemuan di kediaman Megawati tersebut, Jokowi sendiri sudah meminta Jakarta Post mengklarifikasi beritanya. Hanya anehnya, mengapa bantahan justru dari politisi PDIP bukan langsung dari Jokowi atau Puan Maharani langsung.

Banyak keanehan lainnya yang dilihat oleh publik mulai dari berita kompas.com yang memberitakan kegundahan Jokowi yang terlihat termenung dihalaman rumah dinasnya pasca perhitungan cepat, Konferensi Pers tentang hasil pemilu oleh Megawati dan Puan Maharani tanpa kehadiran Jokowi. Lalu tekstur wajah Jokowi yang akhir-akhir ini terlihat tegang dan penuh beban dan lain sebagainya. Sangat misterius.

Kemudian publik juga menangkap keanehan lain, yaitu tentang aktifnya Jokowi bergerilya untuk mencari dukungan koalisi setelah pengumuman hasil perhitungan cepat tersebut.  Padahal seharusnya yang aktif adalah Megawati sebagai Ketum partai atau Puan Maharani bersama pejabat partai PDIP lainnya. Jokowi seharusnya kembali melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tapi yang dilihat publik malah Jokowi yang "sibuk" mengadakan pertemuan dengan petinggi PKB, NASDEM, GOLKAR dan lain-lain, seakan -akan Jokowi yang ngebet berkuasa.

Puncak keanehan adalah pada sabtu sore harinya saat konferensi pers pengumuman koalisi PDIP dan NASDEM.  Pada konferesi pers yang dihadiri Surya Paloh Ketum NASDEM tersebut ternyata tidak dihadiri oleh Megawati sebagai ketum PDIP.  Mengapa yang hadir kok Jokowi?

Akhir kata, terlepas dari benar tidaknya kejadian yang diberitakan oleh Jakarta Post itu, (semoga saja memang tidak benar) agar dapat menjadi bahan evaluasi bagi PDIP.  Jika benar-benar ingin berbuat untuk Indonesia seperti mengujudkan Indonesia Hebat sesuai slogan kampanye mereka, maka pertama-tama yang musti dibenanahi PDIP  adalah kalangan internal sendiri. Tunjukkan kekompakkan pada masyarakat apapun hasilnya, Megawati ataupun Puan serta seluruh petinggi PDIP harus tunjukkan simpati kepada publik yang sudah mendukung mereka. Jangan yang ditunjukkan hanya rasa kecewa. Menyalahkan ini itu atas target suara yang tidak tercapai, itu tidak perlu. Terimalah dengan penuh rasa syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun