Perahu nelayan beringsut meninggalkan pelabuhan. Nelayan tua dan anak-anaknya berdiri gagah menatap jauh ke samudera, menikmati angin sedikit kencang dari lautan. Angin utara begitu para nelayan menyebutnya. Hanya pelaut-pelaut handallah yg berani melaut saat musim seperti ini.Karim, keponakan nelayan tersebut satu-satunya yang duduk  termenung di dalam geladak kapal. Sibuk dengan hapenya. Dia berharap sebelum signal nanti hilang, dia mendapat balasan WA dari sohibnya di daratan sana. Teman masa kecilnya yang lucu. Gadis cantik, berlesung Pipit, baik dan ramah. Cuma kalo lagi diam orang yang tak kenal pasti mengganggap dia dingin dan kayak banyak masalah. Hihi. Tapi, kalo dah tersenyum dan bergurau dengannya maka siapapun akan betah dekat-dekat dengannya. Itulah yang membuat Karim nyaman berteman dengannya, bahkan sudah kayak adik sendiri bagi karim. Nama gadis itu adalah Lily. Ya, dia cantik seperti bunga lily. Kurus tinggi langsing dan berkulit putih.
Sebentar lagi, signal akan hilang. Sudah garis dua. Senyum yang diminta Karim belum juga dikirim. Padahal Karim sangat butuh senyum itu untuk penyemangat nya mengarungi lautan luas, melawan badai dan angin kencang. Karim buka lagi chatnya, sudah terkirim sejak tadi. Tapi belum ada juga balasan. Akhirnya detik-detik signal mau hilang masuk balasan dari Lily. Tapi bukan senyum yang didapatnya seperti yang sudah-sudah. Kali ini hanya photo dua jari. Ada apa gerangan? Salim membalas, "Kok cuma dua jari?" tanya karim. Tapi tak terkirim. Sebab signal sudah hilang. Huffhhh...Karim menghela nafas.
Angin utara mulai terasa agak kuat. Perahu mulai bergoyang-goyang. Sedang cuaca mulai gelap. Lampu-lampu kapal mulai dihidupkan. Sebentar lagi mereka sampai dititik yang diduga banyak ikannya, mesin kapal mulai dimatikan dan mereka  akan mulai memancing ikan. Kapal bergoyang dimainkan ombak. Pancingan dilepas ke laut, dimainkan lalu ditarik. Beberapa ikan mulai mereka dapatkan. Karim mulai lupa dengan senyum Lily dan asyik dengan pancingannya.
Bintang-bintang dilangit satu persatu mulai terang, seiring awan yang mulai beranjak. "Mudah2an tidak hujan!" Bisik Tok Rahman paman Karim. Yang lain mengangguk dan mengaminkan. Tok Rahman menghidupkan api rokoknya dan mulai bersenandung sambil memainkan tali pancingnya. Karim sudah hapal dengan senandung itu. Senandung rindu kepada kampung halamannya. Karim pun mulai teringat dengan senyum Lily. "Ada apa ya...kok Lily berubah." Bisik hati Karim. Dia jadi ingin cepat kembali ke darat, ingin berjumpa Lily. Tapi tak mungkin, dia hanya menumpang di perahu ini. Perahu milik tok Rahman. Dayat anak tertua tok Rahman menggodanya,"hai, Karim...bersusah hati engkau aku nampak, ada apa gerangan? Dah tahu dengan anak gadis pula engkau Karim...hahaha....ingat nasib badan...Karim...hahaha"
Mendengar candaan itu Tok Rahman dan Syahrul anak nya yang nomor tiga ikut tertawa. Karimpun tersenyum. "Tidak lah bang..mana ada..." Karim menarik tali pancingnya. Cuma ikan kecil-kecil. Hoki Karim hilang kali ini, hilang seperti senyum Lily. Senyum yang selalu membuat dia bersemangat dan hoki. Malam kian larut. Mereka  kemudian makan bekal yang dibawa, ditemani Milo hangat. Malam itu akan menjadi malam yang panjang bagi Karim.
***
Sedang di sebuah rumah bercat orange, gadis manis bernama Lily perasaan nya sedang tak tentu. Tak karuan. Dah Dig dug jerr. Malam ini ada janji ketemuan dengan seseorang yang dikenalnya di IG. Namanya Oggie, wajahnya tampan,kulit putih, tinggi, pinter serta nyambung banget ngobrol bila chating atau video call dengannya. Sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu bila chatting dengannya. Ada saja pembahasan seru hingga larut malam. Izin keluar malam minggu sudah dapat dari papa mama. Nanti janji ketemu dijemput kerumah temannya. Belum berani suruh jemput kerumah, bisa dipentungin papanya. Hehe.
Akhirnya, Oggie datang dengan motor sport. Wuih keren...Lily saja belum pernah mbonceng naik motor tersebut. Setelah memakai jaket, Lily mencoba naik ke jok belakang dengan bertumpu ke pundak Oggie. "Tinggi betul.." kata Lily. Disambut tertawa Oggie ngakak. " Ternyata kamu pendek yahh..." Lily memukul pundak Oggie. "Eleh.." ejek Lily.
Setelah pamit dengan temannya yang senyum-senyum sendiri melihat mereka, motor sport itu pun melaju kearah kota. The manabu cafe yang dituju, dekat tepi laut. Cafe dengan live musik tempat biasa anak muda nongkrong dengan pemandangan laut dan lampu-lampu kota yang keren.
"Hi, maju dikit dong say...ntar kamu kedinginan lho .masukin tanganmu ke jacket aku. Santai aja ly.." kata Oggie kepada  lily. Lily masih canggung. Masih jaga jarak, tapi angin sangat kencang. Tangan cowok tersebut meraih tangannya dan menariknya kedepan, seketika tubuh lily merapat dengan punggung cowok tersebut. Lily agak risih karena dadanya nempel ketat ke punggung cowok tersebut.
Sampailah mereka di Cafe yang dituju. Cafe itu sangat ramai dengan pasangan, atau kumpulan anak muda. " hai...Oggie...!" Salah satu cowok dari sekelompok anak muda itu memanggil Oggie . " wah baru lagi ini...." Katanya berkelakar. Oggie merangkul pundak lily. Â "Anak SMANSA kenalin..." Kata oggie. Lily yang risih mengacungkan tangan, sambil menyebut nama dan salamin satu-satu cowok lainnya. Sembari tersenyum . Salah satu dari mereka berkata. " nanti ikut Tour kita yah, jangan sampai tak diajak oggie..ntar selingkuh dia" disambut tawa yang lainnya