Gaun putih kain brokat juga tudungnya hanya gambaran semu yang diimingi.
Perempuan itu terperosok dalam lubang siksa yang selalu mengintai setiap saat. Sedang Ariani terpenjara dalam ruangan kaca tebal yang terkadang berubah menjadi buram dan membutakannya, meski suatu ketika dia bisa melihat dan selalu bisa mendengar, sayangnya tak ada satu upaya yang sanggup dia lakukan untuk keluar. Hanya rasa takut.
Namun, lengking terakhir perempuan itu sungguh menyayat hati.
"Tolong ...." Lirih suara yang sangat dikenal, begitu dekat dibalik kaca tebal Ariani. Lirih suara yang membuat Ariani membuka seluruh Indra.
Bangkit dari ringkukan menyedihkan, meraba setiap jengkal dinding kaca mencari sumber suara.
"Tolong ...." Sekali lagi suara itu menuntun Ariani.
Gelap yang tadinya menyelubungi seluruh ruangan, perlahan berubah menjadi temaram.
Sesosok tubuh tergeletak miris dari balik kaca. Ariani melihatnya.
Basah kuyup dengan sebelah mata lebam dan pipi bengkak, menatap Ariani dengan pandangan memohon.
Perlahan Ariani mendekat.
Perempuan itu berusaha menjulurkan jari-jari lemahnya ke arah Ariani. Ariani semakin membuncah dengan perasaan campur aduk.