Mohon tunggu...
Albertus Aditya Hermawan
Albertus Aditya Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seseorang yang ingin mengetahui banyak hal unik

Seseorang yang ingin memperbanyak ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramalan Sejarah

8 Desember 2021   10:05 Diperbarui: 8 Desember 2021   10:20 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RAMALAN SEJARAH

Ramalan sejarah bukan tugas kelompok, pekerjaan sejarawan untuk dimasa lampau/lalu. Menurut Kuntowijoyo, ramalan sejarah adalah perkiraan/ekstrapolasi yang berdasarkan historical trend. Jadi, sejarah juga memiliki ramalan generalisasi, analogi sejarah (paralelisme dan perbandingan), dan evolusi sejarah. Untuk urusan sejarah, kita harus sangat berhati-hati jika akan membicarakan masa depan, sebabnya karena sejarah tidak memiliki fakta.

Contohnya, ramalan cuaca bisa terjadi karena kebanyakan orang yang tahu keadaannya. Misalnya, mengecat tembok dalam jumlah tertentu. Seringkali, ramalan itu kadang meleset. Cat tembok ternyata pori-pori tembok berbeda, ramalan cuaca bisa meleset seperti diprediksi hujan, ternyata hanya mendung atau beberapa waktu kemudian cuaca kembali cerah. Contoh juga, diperkirakan ramalan COVID-19 itu berakhir cepat, tetapi kenyataannya ramalan itu meleset dan tidak bisa diprediksi kapan berakhir dan lama waktunya.

MASA DEPAN INDONESIA

Sepertinya, tidak ada konsistensi dalam perkembangan masa depan Indonesia. Perkembangan politik pun tidak bersama-sama dengan perkembangan pesat masyarakat sekarang sulit mengikuti hanya 1 model saja. Politik model contohnya adalah Amerika Serikat bisa mengikuti model masa kini. Industri (Jepang), turisme (Cina/Tiongkok), agrobisnis (Thailand), dan perdagangan (Hong Kong). Saat ini Indonesia masih akan menjadi masyarakat peralihan antara industrial, agraris, dan pascaindustrial.

  • Politik

History of future, tapi tidak lebih dari antisipasi, dan juga bukan pengetahuan. Mengenai tren politik yang ada di Indonesia, contohnya, para sejarawan bisa mengambil model Amerika/Eropa. Jika kita melihat historical tren yang ada di Amerika, tren Amerika sepertinya berada di atas. Jika kebudayaan di Eropa, biasanya masih dihormati. Kerajaan dan Agama masih ada tempat. Kebudayaan Eropa yang diambil yaitu kita siap dengan multipartai, dan ada juga partai agama. Sedangkan kebudayaan di Amerika populer seperti ilmu, bahasa, film yang ada di Amerika, serta nyanyian, dan gaya hidup di negara tersebut, bahkan selera makanan dan minuman pun bermacam-macam seperti pizza, burger, french fries, fried chicken, hot dog, donut, Coca Cola, Fanta, Sprite, Pepsi, Root Beer, dll. Sebagian orang juga merokok, deodoran, parfum, celana jeans.

  • Masyarakat

Saat ini, banyak masyarakat yang menjadi masyarakat kelas. Gedung-gedung, rumah serba mewah, kendaraan bermotor serba mewah, restoran, perusahan ekspor-import, pertanian, becak, pedagang asongan, warung, dll. Itu semua adalah perbedaan kelas yang dimana adanya kelas atas, dan bawah. Di masa depan Indonesia, akan terbagi banyak kelas. Contohnya, karyawan dengan majikan, pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Gotong royong bisa digantikan dengan orang dibayar. Jaga malam bisa diganti oleh polisi, juga sambatan membangun rumah digantikan tukang. Kontraktual pun juga berlaku baik di desa, maupun kota.

  • Agama

Masa depan, agama semakin menjadi individual/urusan pribadi. Seperti di negara barat agama itu adalah urusan individual/pribadi. Dalam agama ada juga mirip-mirip antara Amerika abad ke-19 dan Indonesia saat ini. Kalau di Amerika, adanya pertentangan antara agama kesalehan individualisme dan sosial. Di masyarakat modern ada proses sekularisasi. Sekuralisasi dibagi menjadi 2 macam yaitu sekuralisasi objektif dan subjektif. Sekuralisasi objektif adalah pisahnya agama dari institusi sosial lainnya, contohnya ekonomi, sedangkan sekuralisasi subjektif bisa terjadi apabila yang dialami orang ternyata tidak menyambung dengan nilai-nilai agama yang dianut. Misal saja, jika dalam politik adanya naik-turun pejabat tidak berhubungan dengan penilaian tentang baik-buruk. Naisbitt juga meramal bahwa abad ke-21, agama didominasi spiritualisme. Ini juga tak berarti agama dominan ataupun sebaliknya. Agama yang terorganisasikan - Islam, Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Buddha - juga memiliki rohaniwan, kitab suci, tempat ibadah juga tidak relevan saat ini. Bahkan spiritualitas pun juga dimiliki semua orang, termasuk tidak beragama.

  • Budaya

Kita mengenal budaya itu ada 2 gejala modern yaitu budaya positivisme dan teknologis.

Jika positivisme sudah dimulai sejak abad ke-19 di Eropa oleh Auguste Comte. Dia mengatakan, bahwa kesadaran manusia berkembang melalui teologis, metafisis, dan positif. Kesadaran yang paling tertinggi yaitu kesadaran positivisme, pemikiran tersebut diperkenalkan kembali oleh Van Peursen yang merujuk pada kebenaran ilmu sebagai tolak ukur. Tetapi, yang tetap sebagai ganjalan adalah teori relativitas yang menyatakan bahwa kebenaran ilmu diragukan karena dianggap mempunyai kebenaran mutlak yang ternyata, juga relatif. Ciri budaya teknologis adalah munculnya kesadaran teknis yang muncul saat ada berita 5 hari kerja. Juga ada 2 pandang timbul yaitu kesadaran teknis dan humanitis. Kesadaran teknis biasanya berpikir ada persoalan masalah teknis semata dantermasuk berkurang kesempatan belajar agama. Sedangkan kesadaran humanitis biasanya mengajukan masalah sosial, ekonomi, dan keagamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. (1995). pengantar ilmu sejarah. edisi baru, cetakan 1, yogyakarta: tiara wacana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun