Mohon tunggu...
Tony albi
Tony albi Mohon Tunggu... Freelancer - berniat baik dan lakukan saja

tulis aja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

George Floyd, Rasisme atau Suara Identitas ?

18 Juni 2020   04:59 Diperbarui: 18 Juni 2020   05:16 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkaca pada kasus George Floyd, bisa jadi oknum polisi yang bertugas memang rasis atau bertindak berlebihan diluar SOP dalam penanganan kasus. Terus suara muncul adalah rasisme dan  begitu menggema hingga demonstrasi di berbagai negara menyuarakan anti rasisme dengan label black lives matter.

Pertanyaannya, jika yang menjadi korban dari ras Asia misalnya atau seorang dengan identitas muslim misalnya, apakah akan sama suaranya seperti ini ?. Karena label di masyarakat maju sekalipun masih ada yang melihat perbedaan asal dan warna kulit. Kita tahu bahwa bagaimana Amerika memperlakukan dari etnis Indian, begitu juga Australia memperlakukan etnis aborigin. 

Kembali pada kasus George Floyd tersebut, seharusnya aparat kepolisian segera bertindak jika memang anggota melakukan tindakan berlebihan hingga mengakibatkan korban. Dan pemerintah negara bagian segera melokalisirnya hingga tidak meluas, bahwa kasus ini adalah murni jika terjadi kesalahan dari oknum kepolisian yang bertugas saat itu.

Memang sebagai aparat kepolisian, bukanlah hal yang mudah dalam situasi lapangan serba tidak terduga karena bisa sangat mungkin juga mengancam keselamatan dirinya sendiri. Tapi bertindak berlebihan diluar SOP adalah hal yang melanggar hukum tentunya. Harusnya kasus ini disuarakan murni adalah kasus hukum dari oknum anggota kepolisian hingga terjadi korban dalam mengamankan situasi hingga dibuktikan apakah oknum memang rasis.

Mengapresiasi juga karena begitu banyak kaum muda ikut dalam demonstrasi anti rasisme, karena memang seharusnya tidak ada lagi suara rasisme dimanapun dimuka bumi ini. Dalam kasus George Floyd ini, mengapa hanya memberi kanal untuk suara ras kulit hitam, bagaimana dengan korban dari ras Asia yang selama pandemi covid 19 ini juga mengalami pelecehan etnis, atau mungkin jika itu pria muslim diperlakuan seperti dalam kasus George Floyd ini , agaknya suaranya tidak menjadi sebesar ini ?.

Di negeri ini, sering kita memberi label kepada etnis tertentu, maaf, terutama etnis tionghoa, dengan sebutan bermacam macam, bukankah itu juga rasis, sekalipun hanya dalam bentuk verbal dan lingkup terbatas. Bisa jadi kita semua bukan penduduk asli indonesia, tapi kita merasa sebagai pemilik negeri ini karena mayoritas dari warna kulit, mungkin juga nenek moyang saudara kita dari etnis tionghoa lebih dulu ke Nusantara di banding kakek buyut kita ke negeri ini. Kenapa kita menyatakan paling berhak atas nama penduduk asli nusantara, apapun suku dan rasnya, semua kita adalah adalah anak negeri nusantara ini. Karena kakek buyut kita dari semua etnis dan ras berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. Atau mungkin kita semua sebenarnya cukup rasis dalam kadar yang berbeda-beda karena mengunggulkan ras dan etnis kita sendiri ?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun