Mohon tunggu...
Tony albi
Tony albi Mohon Tunggu... Freelancer - berniat baik dan lakukan saja

tulis aja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Jokowi

30 Oktober 2019   03:28 Diperbarui: 30 Oktober 2019   03:58 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik adalah seni mengelola kepentingan, dengan catatan tidak kepentingan kelompoknya saja, pro kontra menjadi hal biasa dalam politik, juga tidak bisa menyenangkan semua orang, impossible. Jadi beliau sudah melakukannya sebagai Presiden terpilih dan itu hak prerogatif yang melekat pada seorang Presiden. Apakah pilihan dia tepat ?, waktu akan mengujinya.

Tapi beliau selalu punya hitungan politik yang mumpuni, setidaknya ini pendapat saya pribadi. Merunut kebelakang, jika dalam periode pertama, beliau masih fokus pada ekonomi dengan membangun infrastruktur, tapi beliau banyak dan cepat belajar bagaimana berkoalisi dan bekerjasama dengan para politisi, beliau semakin pintar.

Banyak yang mengatakan Jokowi memainkan strategi perang ala Sun Tzu atau siapalah, tapi beliau sebagai orang jawa, sangat memahami kultur jawa, dalam berharmoni dan kesimbangan serta tahu cara "rasa" mengenggam dan melepaskan sesuatu. Cara membawa orang kedalam olahan pusaran rasa yang dia buat. Yang ingin saya katakan, beliau memang punya talent untuk itu, orang lain melihatnya, beliau terkesan dimanfaatkan tapi sebenarnya Jokowi sendirilah yang memegang kendali atas pusaran yang dia buat.

Sejak tahun 2012, masih wajarlah beliau sebagai calon gubernur karena mantan walikota, tapi pada saat 2014, siapa sangka"mereka" mau mencalonkannya sebagai seorang Presiden. Orang menyangka dia akan menjadi boneka oligarki dari partai politik. Tapi beliau punya prinsip dan fokus pada tujuan hingga semua berjalan dan tetap fokus pada pembangunan Indonesia, dia cukup pintar bermain dalam pusaran oligarki dari para pemilik partai politik.  

Orang yang pernah dekat dengan beliau, akan mengatakan hal yang sama. Bahasa tubuh anda sangat biasa tapi langkah yang beliau ambil selalu diluar perkiraan. Tipikal ini agak berberbeda dengan Ahok ( BTP ), keduanya sama tegas dan berani hanya cara memainkan langkahnya berbeda, BTP lebih terbuka dalam mengambil langkah-langkahnya, tapi Jokowi dengan tenang ikut dalam ritme dulu dan pada saatnya orang tanpa terasa terbawa oleh pusaran yang dia buat didalamnya.

Dalam pemilihan menteri-menterinya baru lalu, bisa jadi beberapa partai koalisi agak "terluka" akan masuknya Gerindra dalam kabinet, tapi hitungan politiknya agak jelas buat Jokowi, guna mengurangi gesekan dari pembelahan di pilpres kemarin. Menyisakan sedikit partai oposisi diluar agar berjalannya check and balance system dalam demokrasi juga tidak terlalu mengganggu sekalipun suaranya kencang, karena hampir 70 persen suara parlemen dalam koalisinya, matang sekali hitungan ini guna membuat politik lebih tenang dan stabil.

Masuknya Gerindra dalam pemerintahan, suatu resiko sendiri pada partai itu karena etika politik yang timbul pada publik menjadi tak terhindarkan, juga terkesan tidak konsisten Gerindra akan jalan oposisinya. Hal lainnya ini adalah test case buat Gerindra maupun partai koalisi akan langkahnya mendukung kebijakan Jokowi dan publik menilai kinerja menteri-menteri itu untuk mampu mengimplementasikasikan kebijakan menuju indonesia maju, jika tidak mumpuni, resiko reshuffle akan jelas dalam 1 tahun kedepan.

Bagaimana dengan gejolak politik yang timbul oleh reshuffle, ini sudah dihitung, akan ada penilaian publik dan "rasa" bersalah karena kinerja kementrian yang dipimpinnya bukan dari sikap politik Presiden. Mari kita lihat nanti "langkah brilian" ini.

Saya tidak underestimate pada pilihan menteri-menteri dalam kabinet indonesia maju ini, akhirnya semua menteri harus dapat menunjukkan kinerja yang mumpuni agar semakin moncer di tahun 2024, dan itu target dari partai bagi orangnya yang duduk di kabinet, ini menjadi ujian semua partai di koalisi pemerintah dan termasuk Gerindra, apalagi diwakili oleh ketua umumnya sendiri, harus mampu memplot diri buat kontestasi 2024.

Agaknya juga Golkar dan PDIP sudah menghitung ini. Jokowi hanya menyiapkan sarana agar kontestasi 2024 nanti lebih fokus pada kompetensi mencari calon pemimpin bangsa bukan lagi eforia suara publik dengan genderang populisme identitas yang ditabuh dalam pilpres seperti kemarin, good point Mr President, anda lebih bisa menilainya nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun