Mohon tunggu...
Tony albi
Tony albi Mohon Tunggu... Freelancer - berniat baik dan lakukan saja

tulis aja

Selanjutnya

Tutup

Trip

Masukan untuk Pariwisata Jogja

14 Oktober 2019   03:48 Diperbarui: 14 Oktober 2019   03:57 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Agar tidak terjadi perdebatan, tulisan ini hanya saran dan pendapat pribadi penulis. Yogyakarta, saya tulis Jogja, semata memudahkan pelafalan dan penulisannya saja. Jogja adalah kota saya kenal sekali, di kota ini saya tinggal efektif selama lebih dari satu dasawarsa dan salah satu kota yang berkesan buat saya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tapi kedatangan saya ke Jogja tahun ini agak berasa lain, karena datang bersama istri dan untuk berlibur beberapa hari di kota yang unik ini.

Hampir semua perkembangan kota di negara kita, semakin ramai dan macet, ada yang lebih tertata dan ada tambah semrawut. Jogja menjadi lebih ramai dan macet sekalipun tidak tampak semakin bersih tapi lebih tertata.

Orang mengenal kota Jogja, sejak dulu sebagai kota pelajar karena banyaknya universitas serta lembaga pendidikan di kota ini, tidak salah memang, begitu banyaknya orang yang mumpuni pada bidangnya tinggal di kota ini.

Saya pun bersekolah di kota yang dijuluki kota budaya ini, hanya saya punya pendapat sendiri mengenai kota ini, Jogja adalah kota belajar bukan pelajar, karena jika anda ingin mempelajari sesuatu displin ilmu atau apapun itu, kota ini adalah tempatnya. Tapi setelah anda belajar di Jogja sebaiknya anda segera mencari pengalaman dan mengejar mimpi anda di kota lain, alasannya, anda akan tahu jika anda pernah belajar di kota jogja.

Kota ini juga punya sejarah panjang di republik, selain sebagai kota pelajar dan budaya, Jogja adalah ikon pariwisata di Indonesia selain Bali, banyak orang yang  pernah mengunjungi kota ini. Terlepas berbagai kepentingannya, Jogja cukup dikenal luas olah masyarakat kita maupun mancanegara, dan juga merupakan epicentrum dari budaya Jawa juga cukup terwakili oleh Jogja.

Diatas adalah sedikit prolog tentang Jogja, tapi yang ingin saya tulis adalah pariwisatanya Jogja yang jalan di tempat. Kedatangan kali ini, saya mencoba menempatkan diri sebagai orang yang pertama kali mengunjungi kota ini, dan terasa saat saya tiba di stasiun Tugu dipagi hari.

Kareta tiba di stasiun Tugu, waktu masih menjunjukan jam 04.15, turun dari kereta dengan mata setengah mengantuk, saya coba mencari tempat untuk duduk dan minum kopi. 

Begitu sulitnya mencari penjual kopi didalam area stasiun, apalagi dengan perubahan diberbagai stasiun kereta di negeri kita, yang diskriminasi" pada perokok seperti saya. Agaknya menikmati kopi pagi dan merokok setelah turun dari kereta, itu yang ada dipikiran saya pagi itu, anda pembaca boleh tidak setuju untuk hal yang satu ini.

Saat ini semua penumpang harus keluar stasiun melalui pintu selatan, tidak boleh lagi melalui pintu utara, sama seperti stasiun Gambir di Jakarta, alasannya logisnya saya tidak tahu untuk hal ini, dan saya tidak mau membandingkan stasiun kereta di negeri kita dengan stasiun kereta api di negeri yang pernah saya kunjungi. 

Perubahannya stasiun Tugu terlihat bersih dibanding beberapa tahun yang lalu. Sayangnya area komersil ada di dalam setelah check in yang bagi pengantar tidak bisa ikut masuk kedalam stasiun sekedar untuk minum kopi dan say to goodbye, berbeda dengan stasiun kereta di Bandung atau di Jakarta

Anda cukup bingung jika keluar dari stasiun untuk mencari taksi atau angkutan, anda minim petunjuk, bagaimana anda sampai ke hotel atau penginapan,  jikapun untuk mengunjungi teman atau saudara di Jogja karena minimnya petunjuk yang anda bisa dapat, anda pasti akan menjawab, tinggal di googling dan gojek aja kan beres, jawaban yang sangat wajar di era digital saat ini.

Tapi jika anda sebagai wisman ke kota ini untuk berlibur, apa yang akan anda lakukan dengan minimnya informasi yang disajikan oleh kota ini sendiri?. Mari kita masuk thema judul diatas.

Jogja adalah kota pariwisata, tapi bagaimana jika anda mau melihat atau mengunjungi sesuatu tempat di kota ini, apa yang Jogja tawarkan kepada anda ?, bagaimana anda akan kesana ? dan berapa biaya sampai kesana ?. Minimnya informasi yang ada dan menjual" tentang kota ini sebagai salah satu tujuan pariwisata di Indonesia.  

Setidaknya Jogja lebih aktif, dalam hal ini dinas pariwisatanya untuk lebih mempromosikannya dengan segala kelebihannya, seperti di stasiun atau bandara disiapkan flyer atau booklet dengan kertas daur ulang yang berisi tentang Jogja, apa yang akan dijual oleh kota ini dengan semua keterangannya dan detailnya bisa dilihat melalui website resmi oleh kota, yang websitenya pun sangat interaktif atau via telpon hotline, Jogja sangat mampu melakukannya itu karena SDM yang mumpuni di kota ini.

Mari kita membandingkan, jika anda sebagai wisman mengunjungi kota lain di dunia, ambil contoh, jika anda ke Amsterdam di Belanda, begitu turun dari kereta anda bisa mendapat informasi tentang kota ini, setidaknya peta dan apa saja yang ada di Amsterdam, didukung juga dengan adanya kantor pariwisatanya di depan stasiun, yang menyiapkan segala informasi bagi turis yang berkunjung di kota itu.

Padahal jika kita membandingkannya dengan Jogja, Amsterdam hanya menjual museum, galery diantaranya galery Van Gogh  ( begitu banyak orang antri ke galery Van Gogh karena informasi yang diterimanya), wisata kanal dan kejunya. Kenapa Jogja tidak menjual Affandi, yang merupakan salah satu maestro lukis kita di tanah air, yang galerinya ada di Jogja atau Joko Pekik, salah satu pelukis Indonesia yang mumpuni,galerynya pun ada di Bantul.

Atau bagaimana jika anda mau melihat orang latihan tari, atau anda mau melihat sendratari ? Atau mau melihat pertunjukan teater, wayang kulit atau wayang orang ? kerajinan perak kota gede dan lain sebagainya. J

ogja lebih banyak spot yang bisa dijual, bukan hanya Borobudur, Keraton, Malioboro dan kuliner gudegnya saja kan ?.semua itu kan ada di jogja  atau mungkin anda mau ke puncak Suroloyo di Kulon Progo, melihat sunrise yang begitu indah disana, begitu banyak hal yang menarik yang bisa anda lihat dan nikmati di Jogja.

Mari dinas pariwisata atau pihak yang berkepentingan, untuk lebih aktif mengekplore Jogja, agar wisata alam dan budayanya lebih dikenal oleh generasi muda apalagi manca negara. Bahwa Jogja salah satu kota bersejarah sekaligus sebagai kota budaya yang merupakan ikon pariwisata Indonesia.

Jangan jadikan alasan, jika mau lebih menjual perlu beitu banyak biaya/anggaran kedinasannya, alasan klise dari semua birokrasi dinegeri ini. Karena pariwisata begitu besar manfaat multiplier efffect terhadap tenaga kerja dan perekonomian masyarakat khususnya Jogja.

Satu pertanyaan yang sampai saat ini saya belum menemukan jawaban logisnya, dimanapun tempat wisata di Indonesia, jika wisman dikenakan harga tiket lebih mahal dari wisnu ? Apakah dari anda bisa memberi penjelasan dan alasan logisnya kepada saya ?, karena kalau anda di luar negeri, dikenakan harga tiket yang sama dengan penduduk lokal, jika mengunjungi museum atau apapun di tempat wisata, karena menurut mereka jika mengunakan harga yang berbeda, anda bisa dituduh rasis karena membedakan pengunjungnya.  

Jogja..jogja...tetap istimewa

Istimewa negerinya istimewa orangnya  

Jogja...jogja...tetap istimewa

Jogja istimewa untuk Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun