Kali ini saya ingin berbagi oleh-oleh perjalanan diri, dan semoga ini juga menjadi perjalanan kita semua.
Surat cinta untuk bulan April bukan tentang keseruan April Mop atau semacamnya. Ini tentang perjalanan yang baru saja melewati bulan mulia.
Dari bulan Rajab, di mana ada momen ijab qabul saya dan nyonya (istri), hingga Sya'ban, lalu menemui Ramadan, dan kini pada April ini bertepatan dengan bulan Syawal. Bukankah semua bulan ini adalah purnama indah yang mampu mendidik kita?
Baca juga: Langit Biru di Malam Itu
"Perjalanan hidup bukan hanya tentang mencari kebahagiaan, tetapi juga memahami makna dari setiap langkah yang kita tempuh."
---Buya Hamka, Tasawuf Modern
Baru Saja Belajar di Bulan Mulia
Selama 30 hari kita dididik oleh bulan puasa nan mulia. Kita ditempa untuk menahan lapar dan mengeluarkan zakat fitrah.
Logikanya, mengapa setelah kita berlapar-lapar ria lalu diberikan kewajiban mengeluarkan zakat alias menyisihkan sebagian makanan pokok kita? Tentu untuk nalar rasional, ini tak menemukan jawabannya.
Namun, hanya iman dan keimanan di hati yang membuat kita melakukannya. Tentu ada hikmah di dalamnya.
Ada baiknya kita renungi sejenak! Tidak melanjutkan membaca tulisan ini pun tidak masalah, semoga kita semua menemukan jawaban di versi kita masing-masing.
Menjemput Hari yang Suci
Dear April, alias bulan April kesayangan.