Bagaimanapun seorang santri, pelajar, atau manusia pada umumnya akan mengalami sebuah perjalanan. Kadang kita lelah dan butuh secangkir kopi.
Bahkan untuk memulai hari. Secangkir kopi bak penyemangat setelah beberapa kali kita menyeruputnya.
Selain menikmati kopi, kita perlu menilik sejarah sekilas tentang bagaimana para sufi menjadikan kopi sebagai wasilah (jembatan) ketaatan. Ada tirakat ketaatan di dalamnya.
Konon, para sufi sebelum shalat malam menambahkan kopi sebagai sajian "ritual" untuk peneguk pundak dalam ibadah mereka. Minum kopi tidak hanya gaya hidup ternyata.
Bagi sufi, ini sakral dan jembatan ketaatan. Bagaimana dengan kita? Minum kopi sudahkah diniatkan dalam tirakat dan ketaatan?
Jika belum, yuk mulai sekarang niatkan untuk semangat menuntut ilmu hingga mencari nafkah. Ini untuk para santri, musafir, hingga bapak-bapak yang sedang berjuang mencari sebongkah berlian hehehe.
Lebih dari Sekadar Seduhan
Disinggung sekilas di atas bahwa kopi sangat erat kaitannya dengan para sufi. Saya tidak akan menjelaskan sejarah baku dan panjang.
Jelasnya, para sufi di abad pertengahan setelah menemukan kopi semakin mabuk dalam ibadah panjang dan lama, bukan karena aroma kopi semata, melainkan kandungan kafein yang membuat tubuh dan mata mereka bisa terjaga lebih dari sebelumnya.
Kopi menjadi simbol ketekunan spiritual untuk para sufi pada abad ke-15 di Yaman. Meneguk kopi bukan hanya gaya hidup, tapi ada unsur kesakralan di dalamnya.
Sekilas akhirnya kita semua bisa memahami kopi adalah sebuah ramuan sekaligus penenun para sufi dalam mengindahkan ibadah panjang mereka di malam hari. Kala itu, kisaran abad pertengahan Masehi, hal ini sudah sangat masyhur dilakukan.