Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jogja (Mlangi) - Malang (Singosari), Menyambangi Allahyarham KH. Abdul Manan Syukur

13 Maret 2023   21:24 Diperbarui: 13 Maret 2023   21:31 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesempatan berharga kali ini patut saya syukuri. Menjadi santri kalong di Chujjatul Islam, Mlangi. Adalah anugerah tersendiri.

Walau kuliah awal dahulu rampung. Dan setelahnya menyempatkan diri nyantri di berbagai tempat. Dari beragam guru dan kiyai. Dari al-Madina teman-teman Wahdah hingga ke Krapyak untuk berkenalan dengan kitab kuning fiqih Syafiiyah dan lain sebagainya.

Hari ini, saya masih saja ingin menjadi santri. Di tengah emban penelitian dari kampus, kesempatan menyambangi Kiyai Abdul Manan Syukur di Malang tepatnya di Singosari. Bersama rombongan santri sungguh sebuah kehormatan.

Perjalanan Jogja-Malang. Satu bus dengan santri dan warga Mlangi. Tidak hanya kehormatan tapi semoga bagian dari keberkahan untuk saya yang tidak hanya fakir ilmu sebagai santri kalong tapi juga fakir keberkahan.

Kali ini mendatangi satu ulama alias auliya serta pahlawan bangsa yang mungkin dilupakan oleh sejarah. Dalam catatan sejarah sering luput bahkan tidak tercatat secara serius.

Kiyai Manan sendiri lahir tahun 1924. Beliau ulama kharisma di bidang Quran. Berguru pada Hadratussyikh, tentu juga pada KH. Wahid Hasyim untuknya Kiyai Manan pernah menjadi anggota pergerakan Pemuda Islam kala belajar dan nyatri di Tebuireng, Jombang.

Tidak hanya Jombang, Kiyai Manan menyelesaikan Huffadznya di Krapyak, Jogja. Keulamann di bidang Al-Quran tuntas olehnya berkat berguru pada Kiyai Munawir. Tidak butuh waktu lama, beliau menghafalkan Quran serta sanad keilmuan hanya kisaran 1 tahun lebih. Setelahnya beliau terjun ke lapangan perjuangan.

Akhirnya ditengah lapangan perjuangan melawan penjajah sebagai santri. Beliau juga merintis Pendidikan pesantren berbasis Quran di Singosari, Malang. Kampung halaman beliau.

Singkatnya, 2007 pada usia ke-82 beliau wafat. Guru bangsa dan pahlawan negri di bidang Quran itu pun pergi. Setahun setelah Wafat sang Istri, beliau menyuslnya.

Semoga beliau selalu tersenyum melihat santri-santri beliau yang sowan ke kampung halaman beliau saat ini termasuk saya si fakir yang sedang menggores sedikit catatan tentang beliau, auliya Quran negri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun