Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Aku Atheis, Bukan Kafir"

6 April 2021   15:42 Diperbarui: 6 April 2021   15:54 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
henoairlangga.blogspot.com

"Ada Nek. Setelah aku bermalam di hotel berbintang. Aku juga diajak ke mall Nek. Aku bisa melihat dengan kepala mataku sendiri mall itu seperti apa. Jadi gak penasaran lagi dengan mall yang aku tahu dari nonton drama di TV di rumah tetangga."

"Lalu, ada lagi?"

"Ada Nek!" seru Aku dengan nada suara yang sangat bahagia, seakan duniaku yang selama ini diselimuti kemiskinan dan keinginan yang tak pernah dipenuhi oleh Tuhan, terwujud karena semata-mata aku tidak ber-Tuhan. Padahal sebenarnya, Aku, Nenek, mungkin termasuk yang lainnya, tak tahu betul apa yang direncanakan Tuhan, apakah itu baik atau tidak. Satu hal yang pasti, setiap apa yang menjadi keputusan Tuhan, sudah pasti terbaik, suka ataupun kita membencinya. Tapi kita sering abai, karena ego dan keinginan

"Nek, saat di mall itu ya. Aku bahagia sekali melihat banyak cowo-cowo tampan kayak bintang-bintang Korea. Aku benar-benar tak bisa berkedip melihat mereka semua."

"Kayak Syira pernah ke korea saja," celetuk Nenek dengan senyuman.

"Bukan hanya itu saja Nek. Setelah dari mall aku diajak jalan-jalan lagi sama tetanggaku itu. Aku diajak bermain di tempat wisata yang luar biasa keren Nek. Aku bermain itu Nek, yang seperti kereta, jalannya berputar-putar tidak karuan. Bikin pusing dan mual. Tapi benar-benar menyenangkan Nek."

"Ooh...."

"Selain itu Nek, aku juga sempet nyobain masuk ke rumah berhantu. Aku sempat berpikir disana banyak kuburan, pohon angker dan juga hantu yang bergentayangan. Setelah tiba di dalam, eh aku malah bahagia Nek. Ternyata di dalam tak semenakutkan seperti yang aku pikirkan. Justru aku tertawa terbahak-bahak melihat kuntilanak yang nakut nakutin justru takut sama aku Nek."

"Beneran? Kok bisa?" balas Nenek yang sedang asik membuat ramuan.

"Beneran Nek. Bahkan bukan hanya kuntilanak, ada juga pocong pas nakut-nakutin aku, dia malah lari terbirit-birit, sampe terkencing-kencing ke kostum pocongnya itu Nek."

"Mereka takut mungkin karena Syira nyimpen sesuatu waktu itu?" gerutu Nenek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun