Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Kursi ke Kursi

7 Januari 2021   08:59 Diperbarui: 7 Januari 2021   09:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: youtube.com/VariousMusicify

Tapi tak disangka, ditengah --tengah proses hukum sedang berjalan. Tanpa kata dan cerita kepada keluarga atau setidaknya mengatakan sebab pastinya karena apa. Ayah kembali melakukan kesepakatan yang tak masuk akal dengan salah satu pemegang kuasa. Ayah sepakat agar harta yang dimiliknya disita oleh negara dan digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Keputusan ayah itu, tentu menimbulkan kemarahan pada semua anggota keluarga, terutama ibu. Namun, disisi lain, keputusan ayah ini, memberikan nilai pembelajaran baik bagi negara dan generasi selanjutnya. Karena saat itu, negara tempat tinggalku ini adalah negara yang penuh dengan intrik korupsi dan kolusi pemegang kuasa, pemilik harta dan para koleganya.

"Lantas bagaimana ayah bisa sampai ditempat ini? Rumah yang berada di pelosok desa, jauh dari riuh, hiruk pikuk manusia?" kataku pada ayah. Kemudian ayah melanjutkan ceritanya padaku.

Ia mengungkapkan bahwa setelah kejadian yang membuat geger bangsa ini, kejadian yang menggambarkan dan menyadarkan sebagian masyarakat bahwa pejabat yang korup bisa berakhir dengan taubat demi rakyat dan akhirat. ayah diusir oleh keluarga besarnya karena ayah tak lagi kaya raya. Lalu, ayah memilih pergi ke tempat ini. Tempat dimana aku dilahirkan oleh seorang ibu yang ditinggal suaminya menikah lagi. Seorang ibu yang kemudian memilih meninggalkan anaknya sendiri pada seorang laki-laki yang membeli sebidang tanah dan rumah yang ditinggalinya saat ini demi memperbaiki diri.

Entah, aku tidak tahu apa alasan ibu meninggalkanku pada laki -- laki yang aku sebut ayah ini. Tapi yang aku tahu pasti, semua sisa uang ayah setelah diberikan pada negeri ini, hanya cukup untuk membeli tanah dan rumah ini. Mungkin termasuk membeli diriku ini. Karena aku sendiri tak tau, sejak umur berapa aku ditinggal ibu dan dirawat oleh orang yang ingin taubat yang bisa aku sebut dengan ayah, ayah angkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun