Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kupu-kupu di Ujung Pagi

14 Juni 2012   23:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kabut melayapi lereng bukit, menerabas rimbun daun serupa nyanyian pagi yang memgalun..
Sejumput kuning sinar sang fajar menyapa pucuk pohon juga tiang listrik yang berdiam di terpa dingin semalaman..
Sementara sang rawa rawa nampak tenang langgamkan tembang tentang risau burung yang berkaca pada tepiannya..

Kupu kupu bermata resah nampak gelisah, memandangi barisan bukit yang tak basah..
Tanah tanah terbongkar pohon pohon tumbang di terjang mesin yang terus menggunduli lerengnya tanpa jeda..
" Kemana hamparan bunga yang dulu menyesaki hutan ini " katanya sembari melempar sejumput risau..
" Ah sungguh rindu harum nyanyian pagi kala hutanku masih asri" katanya langit matanya mulai retak serupa jantung hutan yang tak lagi berdetak..

Kusut sayapnya mengepak mencoba menerbangkan rapuh raganya..
Melintasi punggung punggung bukit yang mengering
Saat sayap merapuh iapun terjatuh, diantara akar pohon yang terjungkir..
Akankah benih ruh hutan tumbuh kembali ? " katanya sebelum menutup mata..
Terinspirasi setelah melintasi bukit naning

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun