Mohon tunggu...
Alan Agustian
Alan Agustian Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni UI\r\n\r\nmemuji apa yang benar, mengkritisi apa yang salah.\r\n\r\nfollow me on\r\nhttp://laminincomm.blogspot.com/\r\nhttp://devotionofgod.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Penipuan Klasik, Seorang Anak Menangis Di Telepon, Mengapa Semakin Sering??

26 Agustus 2014   20:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:29 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

penerima : halo..

penelepon : hu.. hu.. hu.. (suara anak laki-laki menangis); papa.. papa.. saya di tangkap polisi pa.. tolong pa. huhu..

penerima : maaf dek. salah sambung (menutup telepon)

dalam seminggu sampai 3x menerima jenis penipuan klasik semacam ini. apakah anda pernah menerimanya?

penelepon memiliki nomor yang berbeda-beda, dan anaknya kadang wanita kadang pria. namun jelasnya penipuan ini selalu mempersoalkan polisi dan meminta uang untuk segera di transfer. benar-benar mengganggu menelepon malam-malam ketika sedang tidur.

mengapa masih banyak saja penipuan jenis klasik semacam ini. mungkin masih banyak masyarakat yang begitu mudah percaya dengan penipuan jenis ini.

Sebenarnya yang kurang cerdas sang penipu atau masyarakat yang tertipu?

harapan kita tentu kriminalitas indonesia semakin berkurang, namun sebagai masyarakat kita perlu lebih cerdas dalam banyak hal terutama penipuan klasik semacam ini. Kalau penipuan jenis semacam ini saja kita tertipu, bagaimana bila muncul penipuan yang lebih berkelas yang mencobai kita.

Usahakanlah kecerdasan dalam kehidupan kita..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun