Mohon tunggu...
Alamsta Suarjuniarta
Alamsta Suarjuniarta Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa universitas Udayana Jurusan Manajemen Sumberdaya perairan. Mempunyai moto Hidup untuk meninggalkan jejak. Semakin banyak problematika dan caci makian termasuk hinaan. Membuat orang tersebut menjadi lebih kritis, terhadap kehidupan dan makin kuat untuk menantang gemerlap dunia "Aku tidak ingin menjadi pohon bambu Aku ingin menjadi pohon oak yang menantang angin" -Soe hok Gie-

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menguji Raksaksa

24 Januari 2019   20:14 Diperbarui: 24 Januari 2019   20:21 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kapasitas seorang Preseiden itu sangat besar termasuk juga wewenangnya, presiden sangat penting karena  seorang presiden memiliki kemampuan menjadi esekutif, legistatif dan yudikatif. Presiden bisa membuat undang- undang malah lebih cepat ketimbang wakil rakyat kita yang duduk di kursi empuk senayan, presiden juga bisa memberi atau mencabut masa tahanan seorang narapidana contoh yang sedang heboh belakangan ini dan terakhir fungsi esekutif sepeti membuat jalan tol dan jembatan. 

Tidak-tidak itu bercanda fungsi esekutif seorang presiden itu adalah buanyak kalau di bahas disini takutnya terlalu lama. Begitu besar kapasitas dari seorang presiden itu ibaratnya seperti seorang RAKSAKSA seperti yang di sampaikan Bung Fahri hamzah dalam suata acara debat di salah satu TV suasta. RAKSAKSA dalam pendekatan memegang kuasa atas negara selama 5 tahun kedepan, dalam hal ini bukan raksaksa seperti genderuwo yang suka menakuti lawan politiknya.

Tidak. Masa depan bangsa dan negara ada di tangan seorang presiden apakah negara ini bisa maju atau malah bubar, seperti yang dikatan oleh oposisi negara Indonesia akan punah pada tahun 2030 walaupun catatan kaki kutipannya dalam novel yang barang tentu fiktif belaka.

Di tahun 2019 yang katanya tahun pesta demokrasi/ hajatan 5 tahun sesui dengan namanya pesta pasti dengan modal atau dana yang besar. Pesta demokrasi pada tahun 2019 ini  dengan angkaran  24,9 triliun naik 3 persen atau bertambah 700 miliar di bandingkan biaya pemilu tahun 2014 bukan main mahalnya ya tapi pesta kita harus lah meriah dan genggap gempita. 

Coba saja pemilu bisa online ketimbang pakai kertas dari pohon yang sama saja merusak bumi, maka negara bisa menghepamat anggaran buat pesta ini menjadi lebih murah dan dana yang begitu besar ini bisa di alokasikan ke pembangunan di Indonesia timur. Pada tahun ini rakyat Indonesia akan memilih wakil rakyat dan juga pemimpin tertinggi negara ini yang ibarat raksaksa yaitu seorang Presiden dan wakil presiden. 

Belakangan ini kita di hebohkan dan viral di media sosial dan media cetak dan media lain-lainnya karna setiap orang mempunyai medianya masing jikalau mau mendengarkan berita. Apa yang di hobohkan oleh rakyat Indonesia waktu itu?. Ternayata masih banyak orang yang peduli akan masa depan bangsa ini buktinya banyak orang mengktitik tata cara debat CAPRES dan CAWAPRES yang di adakan KPU kita ini. 

Kritikan dan sarannya beragam pertama ada yang bilang kalau debatnya kalau bisa moderatornya seorang artis danggut seperti Via Valen atau Cita Citata agar abis debat bisa saweran dan dangdutan pikiran jadi rilek dan plong. Kedua debatnya janganlah bawa cerpekan atau contekan masa kalah sama Mahasiswa jikalau ujian contekan dan cerpekan di larang, tapi main mata lah sama asdos dan penjaga saat ujian agar nilai tidak jeblok, ada lucu nih di sistem pendidikan negara ini, nilai lebih penting ketimbang proses mendapatkannya. 

STOP kenapa malah bahas sistem pendidikan kembali lagi ke laptop. Ketiga menurut apa yang saya baca di twiter setelah abis tebat itu, para warga net pada rebut dengan durasi debat jangan isi waktu, biar para calon presiden dan wakil presiden puas menghujat lawannya.  Keempat nah ini saran seru datang dari para Mahasiswa, mereka menyuarakan agar debat CAPRES DAN CAWAPRES di adakan di lingkungan kampus jangan di hotel mulu  dan kebanyakan yang hadir waktu debat itu para elit politik saja. 

Mahasiswa perlu tau atau kenal lebih dekat pemimpinnya, jangan ada jarak di antara kita. Kelima, saran ini masih ada hubungannya dengan poin no 2 yaitu contekan atau cerpekan. Masak sebelum debat ada kisi- kisi tentang isi debat dan dikasi tau ke masing calon baik 1 dan 2. 

Ujian nasional aja rahasia negara, lah ini debat presiden ada kisi-kisinya, bila perlu bikin buku Kisi kisi debat presiden 2019 agar bisa bersaing dengan buku kisi kisi UN 2019. Itu  lah cerita dan sedikit rangkuman perilah kepedulain para warga Indonesia yang budiman agar kedepannya debat Presidan lebih asik dan tidak buat kepala ngantuk rugi mahal mahal 24,9 triliun kalau tidak ada satu pun visi misi masuk ke kepala.

Untuk menguji seorang Raksaksa ujialah layaknya seorang Raksaksa bukan dengan cara  layaknya menguji mahasiswa S1 atau menguji seberapa besar cintaku pada doi. Seorang presiden itu punya andil sangat besar arah kemajuan bangsa dan negara itu sebabnya perlu diuji agar masyarakat luas tahu sebebara layak kah calon preseiden dan wakil presidennya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun